Kamis, 01 Januari 2015

Sumber Daya Alam Provinsi Banten

Provinsi Banten mempunyai peluang ekonomi yang besar karena posisi geografis dan aset pemerintah daerahnya sangat mendukung. Provinsi ini memiliki 56 pulau, dan dalam waktu dekat akan memiliki pelabuhan laut di Bojonegara. Pelabuhan yang tengah dibangun akan dimanfaatkan sebagai Kawasan Ekonorni Khusus (KEK), melayani jalur bisnis regional dan internasional di jalur selat Sunda. Selat strategis ini, merupakan salah satu jalur internasional yang sangat potensial, Selat ini tidak saja dilalui kapal kapal lokal, tetapi juga kapal kapal tanker yang menghubungkan Australia dan Selandia Baru dengan kawasan Asia Tenggara semisal Thailand, Malaysia, dan Singapura.
Wilayah Banten, terutama Kota Tangerang dan Kabupaten Tangerang, adalah kawasan penyangga Jakarta sebagai lbukota Negara. Posisi ini sangat strategis, dipenuhi oleh pabrik pabrik dan sentra-sentra industri. Tersedianya infrastruktur yang memudahkan berlangsungnya transaksi ekonomi antar provinsi, memberikan nilai tambah dalam mempercepat pertumbuhan ekonominya. Apalagi beberapa pelabuhan laut kecil yang kini dikembangkan sebagai antisipasi untuk menampung kelebihan kapasitas pelabuhan laut di Jakarta.
Potensi sektor pertanian terus dikembangkan. Luas lahan panen dan besarnya produksi padi yang dihasilkan terus bertambah, dari 337.986 ha dan 1.756.037 ton pada 2005 menjadi 364,721 ha, dan 1.812.495 ton pada 2006. Praktik budidaya selama kurun tahun 2002 2004 semakin membaik, tercermin dari laju pertumbuhan produksi rata rata lebih tinggi, (11,16% per tahun) dari laju pertumbuhan lahan panen rata rata (2,33% per tahun). Meskipun laju pertumbuhan produksi perluas lahan panen untuk jenis tanaman palawija meningkat, pola dan praktis produksinya relatif belum berkembang. Laju pertumbuhan rata rata luas lahan panen 2,48% per tahun, namun laju pertumbuhan rata-rata produksinya hanya 4,08% per tahun, atau dengan rasio mencapai 1,64%. Di antara semua tanaman palawija, ubi kayu dan kacang kedelai memiliki rasio laju pertumbuhan produksi rata rata berbanding laju pertumbuhan luas panen rata rata di angka 1 (masing masing 1,41 dan 6,75).
Secara rata rata, luas panen tanaman sayur mayur meningkat dari 13.777 ha pada 2002 menjadi 19,095,13 ha pada 2005. Dalam kurun waktu yang sama, produktivitasnya menurun, dari 59,71 ton/ha pada 2002 menjadi 7,51 ton/ha pada 2005, Penurunan produksi karena perubahan variasi minat petani terhadap jenis tanaman yang diusahakan. Laju pertumbuhan luas panen dalam kurun 2002-2004 bergerak pada angka 17,75% per tahun, namun laju pertumbuhan produksi pada posisi 0,73% per tahun.
Budidaya ternak meningkat dari tahun ke tahun, mulai dart sapi potong, sapi perah, kerbau, kuda, kambing, domba dan babi. jumlah populasi ternak yang di budidayakan semakin meningkat antara tahun 2002 2004 dengan rata rata laju pertumbuhan jumlah dan jenis populasi sebesar 24,97% per tahun. Persediaan ternak untuk kebutuhan konsumsi daging pada 2004 dibandingkan jumlah ternak yang dipotong menunjukkan tingkat ketersediaan kebutuhan yang sangat memadai. Khusus ternak sapi, jumlah populasi yang tersedia pada 2004 hanya 24,25% terhadap ternak yang dipotong.
Populasi ternak unggas kurun 2003 2005 meningkat dengan rata rata laju pertumbuhan sebesar 16,70%, meliputi ayam buras, ayam ras (pedaging dan petelur) serta itik. Laju pertumbuhan ternak unggas pada 2005-2006 mencapai 14,79%, namun untuk ternak yang menghasilkan daging (ayam buras dan ayam pedaging) menurunm khusus periode 2005-2006 karena mewabahnya flu burung.
Provinsi Banten memiliki kekayaan keanekaragaman hayati berupa flora, fauna dan tipe ekosostemnya. Sebagian diantaranya jenis dan tipe ekosistem yang bersifat endemik. Kekayaan tipe ekosiste m yang bersifat endemik. Kekayaan tersebut sebagian besar terdapat di kawasan hutan dan kebun. Namun eksistensi kekayaan itu saat ini sedang terancam akibat pencurian plasma nutfah, penyeludupan satwa, perambahan hutan dan kebun, perburuan liar, serta perdagangan flora dan fauna yang dilindungu. Luas kawasan hutan dan kebun mencapai 386.865,83 ha, terdiri kawasan hutan 206.851,44 ha dan kawasan kebun 158.884,13 ha.
Berdasarkan fungsinya, kawasan hutan terdiri atas 72.295,47 ha hutan produksi, 9.486,06 ha hutan lindung dan 123.905,3 ha hutan konservasi. Kawasan konservasi terdiri dari Taman Nasional Ujung Kulon seluas 120.551 ha, berupa kawasan hutan konservasi seluas 76.214 ha, sisanya merupakan kawasan taman/perairan laut seluas 44.337 ha, Taman Nasional Gunung Halimun seluas 42.925,15 ha, masuk ke dalam wilayah administratif Kabupaten Lebak, sedangkan sisanya masuk ke dalam wilayah administratif Kabupaten Bogor dan Sukabumi Provinsi Jawa Barat. Cagar Alam seluas 4.238 ha dan Taman Wisata seluas 528,15 ha.
Perusahaan yang terlibat mengeksplolasi kawasan hutan produksi dibagi dalam kapling-kapling, sesuai dengan kapasitas perusahaan dan permintaan pasar. Pengusahaan hutan Jati, seluas 37.791,96 ha, Meranti 13.039,22 ha, Mahoni 25.462,69 ha, Damar 22.139,85 ha dan Akasia Mangium 9.466,12 ha.
Taman Nasional Ujung Kulon merupakan kawasan konservasi dunia karena memiliki potensi keanekaragaman hayati, baik flora, fauna maupun berbagai tipe tumbuhan khas lainnya. Taman ini juga merupakan perwakilan tipe ekosistem hutan hujan daratan rendah yang tersisa dan terluas di Pulau Jawa. Gejala alamnya yang unik serta panoramanya yang asri dan alami merupakan kesatuan ragam alamiah yang mempesona bagi kegiatan wisata alam. Di dalarnnya terdapat badak bercula satu (Rbinoceros sundaicus), satwa spesifik eudemik dan langka. Provinsi Banten juga memiliki Cagar Alam Rawa Danau‚ suatu kawasan penyedia air baku dan satu-satunya reservoir air di bagian barat provinsi ini.
Satu hal yang patut dibanggakan, provinsi ini memiliki kawasan konservasi kaum Baduy seluas 5,136,58 ha. Luas areal perkebunan mencapai 158.884,13 hal terdiri perkebunan rakyat 142.965,31 ha, perkebunan besar swasta (PBS) seluas 6.337,04 ha dan perkebunan negara (PTPN) seluas 9,581,78 ha. Komoditas kelapa ditanam di atas tanah seluas 81.601,61 ha, kebun karet seluas 22.751,35 ha, kebun kakao seluas 5.183,77 ha, seluas 14.075,28 ha, kebun kopi seluas 8.590,00 ha, kebun cengkeh seluas 13.387,00 ha dan kebun aren seluas 2.367,58 ha.
Kenerja sektor perikanan mencakup perikanan tangkap (laut dan perairan umum) dan perikanan budidaya (laut, tambak, kolam, sawah, keramba, jaring terapung). Produksi perikanan hingga 2004 mancapai 76.324,05 ton dengan nilai Rp 538.130 miliar, menurun dibanding produksi tahun 2002 mencapai 87.279,40 ton dengan nilai produksi Rp 588.101 niliar, karena pengaruh menurunnya produksi perikanan tangkap hingga sebesar 2,95%. Kontribusi perikanan tangkap terhadap total produksi perikanan mancapai 70,98%, dengan milai produksi sebesar 54,24%. Sedangkan kontribusi perikanan budidaya sebesar 29,02% dengan nilai produksi 45,76%.
Potensi sumber daya perikanan tangkap laut tersebar di Laut Jawa, Selat Sunda, dan Samadera Indonesia. Pengembangan perikanan tangkap masih terkonsentrasi di Laut Jawa dan Selat Sunda. Potensi sumber daya perikanan tangkap masih besar, tercermin dari produksi tahun 2005 yang hanya 58.753,11 ton, atau baru 76,98% dari potensi di wilayah perairan Kabupaten Pandeglang yang mencapai 92.971 ton.
Produktivitas usaha perikanan budidaya masih perlu ditingkatkan, karena mininya produktivitas budidaya tambak pada 2005, yang baru mencapai 0,87 ton/ha dan budidaya ikan di sawah mencapai 0,72 ton/ha. Produksi budidaya laut memberikan kontribusi12,91% terhadap produksi perikanan budidaya atau 3,74% terhadap total produksi perikanan. Potensi sumber daya perikanan budidaya masih berpeluang untuk dikembangkan, misalnya budidaya laut (KJA dan rumput laut) di Pantai Utara dan Pantai Barat. Lahan tambak hingga tahun 2005 baru dimafaatkan 10.970,70 ha atau 79,7% dari total potensi 13.768,9 ha, atau 6,18% dari 84.315,40 ha. Untuk mengembangkan kolam budidaya ikan, baru 1.280,76 ha yang termanfaatkan.
Belum maksimalnya produksi ika, hingga tahun 2005 baru 86.531,14 ton, dibanding besarnya jumlah penduduk mencapai 9.083.144 jiwa, membuat kebutuhan lokal terhadap ikan belum terpenuhi. Namun unuknya, produk perikanan provinsi ini sudah merambah pasar luar negeri dalam kapasitas terbatas dengan tujuan Jepang dan Amerika.

Sumber: Indonesia Tanah Airku (2007).
Post by : Iva Rustiana

MAKALAH “MAKKI DAN MADANI” @Pengantar Ilmu Qur'an TH 1A



BAB I
PENDAHULUAN

1.1.  Latar Belakang
Seorang alim bernama Abu Al Qasim Al Nisabury pernah berkata: "Ilmu-ilmu Al Qur'an yang paling mulia, diantaranya adalah mengenal nuzulnya, tempat dan urutan (ayat) yang turun di Mekah dan Madinah, ayat yang turun di Mekah hukumnya Madaniyah, dan ayat yang turunnya di Madinah hikumnya Makkiyah, ayat yang turun di Mekah tentang penduduk Madinah, ayat yang turun di Madinah tentang penduduk Mekah, ayat yang turun di Madinah mirip Makkiyah, ayat yang turun di Juhfah, ayat yang turun di Bait Al Maqdis, ayat yang turun di Thaif, ayat yang turun di Hudaibiyyah, ayat yang turun di malam hari, ayat yang turun di siang hari, ayat yang turun disaksikan sejumlah malaikat, ayat yang turun tanpa disaksikan sejumlah malaikat, ayat-ayat Madaniyah di surah-surah Makkiyah, ayat-ayat Makkiyah di surah-surah Madaniyah, ayat-ayat yang di bawa dari Mekah ke Madinah, ayat-ayat yang dibawa dari Madinah ke Mekah, ayat-ayat yang dibawa dari Madinah ke Habsyah, ayat-ayat yang turun secara global, ayat-ayat yang turun berikut tafsirnya, dan ayat-ayat yang status kategorinya dipersilisihkan; sebagian mengatakan Madaniyah dan sebagian lainnya mengatakan Makkiyah" (Dirasat fi 'Ulum Al-Qur'an, hlm. 56)
Dua puluh permasalahan yang disebutkan Abu Al-Qasim dalam kalimat yang melelahkan pembaca diatas memang sangat penting untuk dikuasai oleh mereka yang ingin mengenal lebih jauh kitab sucinya. Bahkan Dr. Amir Abu Al-Aziz menilai bahwa orang yang tidak menguasai dan tidak mampu menagkap perbedaan permasalahan yang diutarakan Al-Qasim di atas tidak halal berbicara mengenai Kitabullah Al-Qur'an (Dirasat fi 'Ulum Al-Qur'an, hlm. 56).
Begitu pentingnya arti pengelompokan yang diutarakan Al-Qasim diatas. Pada umumnya, para pakar 'Ulum Qur'an membahas permasalahan ini dalam suatu maudhu' yang lazim disebut Maakkiyah dan Madaniyah. Bila tidak menguasainya, banyak faedah yang tidak dapat dipetik, dan banyak mengalami kesulitan dalam mendalami Al-Qur'an. Bahkan seseorang yang hendak mengetahui Al-Qur'an tanpa memahami ayat-ayat Makkiyah dan apa itu ayat-ayat Madaniyah bisa-bisa terjebak ke dalam kesalahan yang fatal.
Dalam Makalah ini, penulis menyajikan berbagai hal yang berkenaan dengan masalah pengelompokkan ayat-ayat atau surat-surat yang tergolong kedalam Makki maupun Madani.

1.2.  Permasalahan
Masalah pengelompokkan kedalam Makki dan Madani sangatlah luas dan kompleks. Agar pembahasan lebih terarah, makalah ini akan membahas secara rinci mengenai perihal tersebut. Supaya tidak timbul kesalahpahaman, perlu kiranya dijelaskan pengertian  berbagai istilah yang digunakan dalam Makalah ini.
1.3.  Tujuan
Dalam mengelompokkan ayat-ayat atau surat-surat yang termasuk kedalam Makki dan Madani ini bertujuan untuk mengetahui sejarah hidup Nabi melalui ayat-ayat Al-Qur'an, sebab turunnya wahyu kepada Rasulullah, untuk dijadikan alat bantu dalam menafsirkan ayat Al-Qur'an dan tentunya sebagai bahan pelajaran bagi kita selaku seorang pelajar atau mahasiswa.

1.4.  Pengumpulan Data
Data yang dikemukakan dalam Makalah ini diperoleh melalui berbagai cara. Pertama, dengan membaca dan merangkum dari buku-buku sumber yang ada hubungannya dengan masalah Makki dan Madani. Kedua, bersumber dari internet guna untuk melengkapi kurangnya dari buku-buku sumber yang ada.

1.5.  Sistematika Penulisan
Makalah disusun dengan urutan sebagai berikut :
Kata Pengantar dalam pembuka makalah ini dan Daftar isi, untuk mempermudah pembaca dalam mencari uraian materi di dalam makalah ini.
Bab I Pendahuluan, menjelaskan tentang latar belakang dari isi makalah, permasalahan, tujuan, metode pengumpulan data, dan sistematika penulisan.
Bab II Pembahasan, menjelaskan tentang pengertian Makki dan Madani, faedah mengetahui Makki dan Madani, ciri-ciri Makki dan Madani, Jumlah surah-surah Makki dan Madani, dan Perbedaan antara Makki dan Madani.
Bab III Penutup, menjelaskan tentang kesimpulan dari isi makalah dan saran untuk pembaca dari penulis makalah.
Daftar pustaka merupakan sumber-sumber atau referensi dari mana uraian materi dalam makalah ini diambil.


BAB II
PEMBAHASAN

2.1.  Pengertian Makki dan Madani
Ta’rif atau definisi surat/ ayat makiyah mencakup tiga unsur yaitu unsur waktu, unsur tempat dan unsur oknum bahkan ada yang mengatakan ada unsur yang keempat, yang mudah dilihat oleh setiap orang, yaitu unsur subjek (maudhu’) Dari unsur waktu turunnya didefinisikan sebagai berikut:
المكى هوماترل قبل الهجرةالرسول ص م وان كان نزله بغيرمكة

Artinya: Makiyah adalah ayat-ayat yang diturunkan sebelum Rasul SAW hijrah kemadinah, kendatipun turunnya diluar Mekkah.
Dari unsur tempat turunnya para ulama mendefinisikan sebagai berikut:
المكى هوماترل بمكة ورهاكمنى وعرفة وحديبية

Artinya: Makiyah adalah ayat-ayat yang diturunkan dimekah dan sekitarnya, seperti Mina, Arafah, dan Hadaibiyah.
Dari unsur oknumnya, para ulama mendefinisikan sebagai berikut:
المكى هوماكان خطابالاهل مكة

Artinya: Makiyah adalah ayat-ayat yang menjadi kitab baki orang orang makkah”.
Definisi atau pengertian surat makiyah di kalangan ulama terdapat beberapa pendapat tentang dasar/kriteria yang dipakai untuk menentukan madaniyah sesuatu surat atau ayat.
Sebagian ulama menetapkan waktu turunnya surat/ayat sebagai dasar penentuan madaniyah sehingga mereka mendefinisikan madaniyah sebagai berikut :
Madaniyah adalah ayat-ayat yang diturunkan sesudah Rasulullah hijrah ke madinah kendatipun bukan turun di madinah ayat-ayat yang turun setelah peristiwa hijrah disebut madaniyah walaupun turun di makah atau arafah. Adapula ualma’ yang menerapkan bahwa turunnya ayat-ayat surat sebagai dasar penentuan madaniyah sehingga mereka mendefinisikan sebagai berikut :
Madaniyah adalah ayat-ayat yang diturunkan dimadinah dan sekitarnya seperti uhud, quba’, dan sul’a.
Ada pula ulama’ yang menetapkan bahwa oknum atau objek pembicaraan sebagai dasar penentuan madaniyah sehingga mereka mendefinisikan sebagai berikut:
Madaniyah adalah yang khitabnya (seruannya) jatuh kepada penduduk madinah.

Dalam memahami pengelompokan ayat-ayat Al-Qur'an berdasarkan waktu dan tempat turunnya, ada tiga definisi (ta'rif) yang sering dikemukakan para pakar di bidang ini, yaitu :
1.      Makkiyah adalah ayat-ayat Al-Qur'an yang turun sebelum hijrah dan Madaniyah adalah ayat-ayat Al-Qur'an yang turun setelah hijrah. Ta'rif ini menetapkan, ayat-ayat yang turun setelah hijrah, sekalipun itu terjadi di sekitar Mekah tetap di klasifikasikan ayat Madaniyah.
2.      Makkiyah adalah ayat-ayat yang turun di Mekah sekalipun turunnya ayat itu setelah hijrah, dan Madaniyah adalah ayat-ayat yang turun di Madinah.
3.       Makkiyah adalah ayat-ayat yang khithabnya ditujukan kepada penduduk Mekah, dan Madaniyah adalah ayat-ayat yang khithabnya ditujukan kepada penduduk Madinah.
Ketiga definisi diatas pada dasarnya merupakan bagian dari usaha pengklasifikasian ayat-ayat Al-Qur'an. akan tetapi, untuk menghindari kerancuan, kita lebih suka memilih definsi pertama.

Dalam menentukan ayat-ayat makkiyah dan madaniyah, para ulama terbagi menjadi tiga madzhab yaitu:
1.   Menentukannya berdasarkan tempat turun ayat. Bila ayat turun di Mekkah dan sekitarnya seperti Mina, Arafat dan Hudaibiyah, sekalipun turun setelah hijrah dinamakan ayat Makkiyah. Sebaliknya, jika ayat turun di Madinah dan sekitarnya seperti Uhud, dan Sial' maka ia disebut ayat Madaniyah.
Pendapat pertama ini memiliki kelemahan antara lain tidak bisa menampung ayat-ayat yang diturunkan ketika Nabi Saw. melakukan perjalanan keluar wilayah Makkah dan Madinah. Berdasarakan definisi ini, maka ayat-ayat yang siturunkan di luar daerah Makkah dan Madinah tidak bisa dikategorikan sebagai ayat makkiyah ataupun madaniyah.
2.      Menentukannya berdasarkan khithab (objek penerima) ayat. Bila ayat ditujukan kepada penduduk Makkah, baik turun di Makkah atau di Madinah, baik sebelum atau sesudah hijrah, ia disebut ayat makkiyah. Sebaliknya, jika ayat tersebut ditujukan kepada penduduk Madinah, baik turun di Makkah atau Madinah, baik sebelum atau sesudah hijrah, ia tetap disebut ayat Madaniyah.
Definisi yang disampaikan madzhab keduaini semakin tidak komprehensif sebab definisi ini hanya mencakup pada objek penerima ayat yang terpaku pada dua wilayah saja yaitu ahli Makkah dan Madinah, padahal sebagaimana diketahui, ayat-ayat al-Qur'an tidak saja diturnkan kepada ahli Makkah dan Madinah tapi banyak ayat yang diturunkan kepada selain mereka.
3.      Menentukannya berdasarkan waktu sebelum dan sesudah hijrah. Jika ayat yang turun sebelum hijrah, maka disebut ayat Makkiyah. Sebaliknya, jika ayat turun sesudah hijrah, maka disebut ayat Madaniyah.[1]
Pendapat ketiga ini terlihat paling komprehensif dan sempurna (jami' dan mani') karena ia mencakup semua definisi yang diungkapkan madzhab pertam dan kedua. Ketika term makkiyah didefinisikan dengan ayat-ayat yang turun sebelum hijrah maka semua ayat yang diturunkan baik di dan kepada ahli Makkah, Madinah atau lainnya akan tercakup didalamnya. Begitu pula sebaliknya, ketika term Madaniyah didefinsikan sebagai ayat-ayat yang turun pasca hijrah maka semua ayat yang diturunkan di dan kepada ahli Makkah, Madinah atau lainnya akan terengkuh di dalamnya.
Berdasarakan definisi ini maka jumhur menggolongkan ayat berikut
(الأيةاليوم أكملت لكم دينكم) misalnya sebagai ayat madaniyah, kendati ia diturunkan di Arafah (Makkah), sebab ia turun pasca hijrah. Pendapat ketiga ini kemudian dipilih oleh jumhur ulama sebagai pendapat yang paling rajih sebagai definisi ayat makkiyah dan madaniyah.[2]
Berdasarkan definisi yang ketiga ini pula ulama kemudian menyimpulkan bahwa surah madaniyah berjumlah 29 surah dan sisanya adalah surah makkiyah. Kendati demikian, terkadang dalam surah yang dikategorikan madaniyah terdapat ayat-ayat makkiyah. Sebaliknya, di dalam surah yang dikategorikan sebagai surah makkiyah juga terdapat ayat-ayat madaniyah. Hal itu terjadi karena kategorisasi surah makkiyah dan madaniyah dilihat dari dua cara: pertama, dilihat dari permulaan ayat yang muncul dalam sebuah surah, jika permulaan ayat yang muncul makkiyah maka surahnya dikategorikan makkiyah begitu pula sebalinya. Kedua, dilihat dari jumlah mayoritas ayat yang terkandung di dalamnya, bila mayoritas ayat yang terkandung dalam sebuah surah madaniyah maka surah tersebut disebut madaniyah, begitu pula sebaliknya.[3]
   
2.2.  Faedah mengetahui Makki dan Madani
Ada tiga faedah mengenai Makkiyah bdan Madaniyah, yaitu :
Pertama, mengetahui ayat-ayat mana saja yang nasikh dan ayat-ayat mana saja yang mansukh bila terlihat adanya dua ayat yang berbeda pesan.
Kedua, bahwa makna dan pesan yang dikandung ayat tertentu sering kali berkaitan dengan sebab tertentu pada kasus dan tempat kejadian tertentu pula. Dengan adanya klasifikasi ini, usaha memahami ayat Al-Qur'an secara benar akan sangat terbantu dan kekeliruan akan dapat ditekan sekecil mungkin.
Ketiga, bahwa kehidupan Rasulullah SAW. adalah uswah hasanah, suri teladan bagi setiap mukmin. Dengan melihat ayat-ayat yang turun di Mekah dan Madinah, akan diketahui pendekatan pembinaan pribadi maupun masyarakat mukmin yang dilakukan Al-Qur'an (masyarakat Mekah adalah masyarakat yang berbeda dengan Madinah, dan kondisi umat maupun kalangan bukan Muslim setelah Rasulullah SAW.  hijrah ke Madinah  berbeda dengan keadaannya ketika sebelum Rasulullah SAW. hijrah, last but not least, karakter penduduk Mekah berbeda dengan penduduk Madinah).

Adapun manfaat mengetahui makkiyah dan madaniyah, yaitu:
1.    Untuk mengetahui ayat yang turun terlebih dahulu dan yang turun belakangan, sehingga dapat menentukan ayat nasikh dan mansukh. Seperti bila ada dua ayat yang berbeda dalam menentukan suatu hukum, sementara diketahui bahwa yang satu termasuk ayat makkiyah dan yang lain termasuk ayat madaniyah. Maka dapat disimpulkan bahwa ayat madaniyah menghapus hukum ayat makkiyah, karena ayat madaniyah datang belakangan.
2.    Untuk mengetahui sejarah penurunan dan proses pentahapan suatu hukum dari satu situasi ke situasi yang lain. Karena setiap kaum mempunyai bahasa dan karakteristik kejiwaan yang berbeda-beda, maka penerpan hukum harus memerhatikan situasi kondisi mereka.
3.    Untuk mengukuhkan keautentikan Al-Qur'an, dan untuk mengukuhkan sampainya Al-Qur'an kepada kita dengan selamat tanpa mengalami perubahan dan pemalsuan. Kategorisasi makkiyah dan madaniyah ini juga menunjukkan perhatian yang serius dari kaum muslimin, sehingga mereka mengetahui ayat yang turun sebelum hijrah dan sesudahnya, turun pada saat tidak beperegian dan pada saat bepergian, turun pada waktu siang dan malam, turun pada wajtu panas dan pada waktu dingin, turun di langit dan turun di bumi. Perhatian kaum muslimin yang sangat serius terhadap Al-Qur'an ini menjadikan musuh-musuh Islam berpikir berulang kali sebelum melakukan serangan/celaan terhadap Al-Qur'an atau terhadap Islam.[4]

Dalam sumber lain diketahui bahwa faedah mengetahui Makki dan Madani yaitu:
1.    Untuk dijadikan alat bantu dalam menafsirkan Al-Qur'an, sebab pengetahuan mengenai tempat turun ayat dapat membantu memahami ayat tersebut dan menfsirkannya dengan tafsiran yang benar, sekalipun yang menjadi pegangan adalah pengertian umum lafadz, bukan sebab yang khusus. Berdasarkan hal itu seorang penafsir dapat membedakan ayat yang nasikh dengan yang mansukh bila di antara kedua ayat terdapat makna yang kontradiktif. Yang datang kemudian tentu merupakan nasikh atas yang terdahulu.
2.    Meresapi gaya bahasa Al-Qur'an dan memanfaatkannya dalam metode berdakwah menuju jalan Allah, sebab setiap situasi mempunyai bahasa tersendiri. Memperhatikan apa yang dikehendaki oleh situasi, merupakan arti paling khusus dalam ilmu retorika. Karakteristik gaya bahasa Makki dan Madani dalam Al-Qur'an pun memberikan kepada orang yang mempelajarinya sebuah metode dalam penyampaian dakwah ke jalan Allah yang sesuai dengan kejiawaan lawan berbicara dan menguasai pikiran perasaannya dan mengatasi apa yang ada dalam dirinya dengan penuh kebijaksanaan. Setiap tahapan dakwah mempunyai topik dan pola penyampaian tersendiri. Pola penyampaian itu berbeda-beda, sesuai dengan perbedaan tata cara, keyakinan dan kondisi lingkungan. Hal yang demikian nampak jelas dalam berbagai cara Al-Qur'an dalam menyeru berbagai golongan: orang yang beriman, orang yang musyrik, orang yang munafik dan ahli kitab.
3.    Mengetahui sejarah hidup Nabi melalui ayat-ayat Al-Qur'an, sebab turunnya wahyu kepada Rasulullah sejalan dengan sejarah dakwah dengan segala peristiwanya, baik pada periode Mekah maupun periode Madinah, sejak permulaan turun wahyu hingga ayat terakhir diturunkan. Al-Qur'an adalah sumber pokok bagi peri hidup Rasulullah. Peri hidup beliau yang diriwayatkan ahli sejarah harus sesuai dengan Al-Qur'an; dan Al-Qur'an pun memberikan kata putus terhadap perbedaan riwayat yang mereka riwayatkan.

2.3.   Ciri-Ciri Makki dan Madani
Para ulama menyimpulkan bahwa hanya ada dua cara untuk mengetahui ayat-ayat makkiyah dan madaniyah, yaitu dengan cara sima' (mendengar riwayat dari sahabat dan tabi'in) dan qiyas (analogi).[5] Adapun ciri-cirnya sebagai berikut:
1.    Yang dimaksud dengan sima' adalah riwayat yang dibukil dari Nabi Saw. dan sahabat yang melihat proses penurunan Al-Qur'an. cara seperti ini menjadi perhatian yang cukup serius dari generasi sahabat dan tabi'in. buktinya, banyak riwayat sahabat yang menyebutkan proses penurunan ayat atau surah.[6]
Imam Bukhari dan Muslim misalnnya, telah melansir sebuah riwayat dari Abdullah bin Mas'ud, dia berkata: "Demi Dzat yang tiada Tuhan selain-Nya, tidak ada satu surat pun yang tidak saya ketahui proses penurunannya, dan tidak ada satu ayat pun yang tidak saya ketahui dalam konteks apa yang ia turunkan…" (H.R. Bukhari dan Muslim)[7]
Ayyub Asy-Syakhtiyani juga meriwayatkan, ada seseorang bertanya kepada Ikrimah tentang satu ayat Al-Qur'an, Ikrimah menjawab: "Ayat tersebut diturunkan di lereng gunung itu (Ikrimah sambil memberi isyarat ke gunung sila')." (H.R. Abu Nu'aim)[8]

2.    Dengan cara qiyas. Yang dimaksud dengan qiyas ini adalah ciri-ciri umum yang mendominasi ayat-ayat makkiyah dan madaniyah. Untuk menentukan ciri-ciri tersebut para ulam menganalisisnya melalui penelitian induktif (istiqra'). Cara kedua ini biasa dilakukan ulama klasik. Di antara ciri-ciri tersebut adalah sebagai berikut:
a.    Ciri-ciri ayat makkiyah adalah:
1)   Setiap surah yang terdapat kata كلا .
2)   Setiap surah yang mengandung kata سجدة .
3)   Setiap surah yang dibuka dengan huruf hijaiyah.
4)   Setiap surah yang terdapat cerita Adam dan iblis, kecuali surah Al-Baqarah karena ia termasuk surah Madaniyah.
5)   Setiap surah yang terdapat kata        . يا بني أدم
6)   Surah yang didalamnya terdapat cerita para Nabi dan umat terdahulu kecuali surah Al-Baqarah.
7)   Setiap surah yang terdapat kata يا يها الناس kecuali surah Al-Baqarah ayat 21 dan 168 dan surah An-Nisa' ayat 1, 133, 170, dan 174.
8)   Ayat-ayat pendek walaupun ada juga yang disebut Madaniyah seperti surah An-Nashr.
9)   Mengajak untuk beriman kepada Allah dan mengesakannya, iman kepada risalah Nabi Saw. dan para nabi sebelumnya, iman kepada para Malaikat, iman kepada kitab-kitab Allah, iman kepada hari akhir, hari kebangkitan, hari pembalasan, nikmat dan siksaan-Nya.
10)    Surah yang bercerita tentang kebiasaan orang kafir yang ingkar, mengubur anak perempuan secara hidup-hidup, pemakan harta anak yatim secara batil, pemakan riba, peminum khamr.
11)    Anjuran terhadap orang Arab untuk menghiasi diri dengan pokok-pokok kebaikan, sepertijujur dalam perkataan, sabar, amanah, adail, pergaulan yang baik pada kedua orang tua, tawadu, ilmu, ikhlas, cinta pada orang lain, hati yang bersih, lidahnya bersih, amar ma'ruf, nahi mungkar dan perbuatan baik lainnya.

b.    Ciri-ciri ayat madaniyah yaitu:
1)   Setiap surah yang mengandung kata يا أيهاالذين أمنوا .
2)   Ayat-ayatnya panjang.
3)   Terdapat ajakan kepada ahli kitab seperti kaum Yahudi dan nasrani dibawah Panji Islam. Memberikan bukti-bukti kesesatan akidah mereka.
4)   Terdapat izin untuk berjihad.
5)   Terdapat kaidah-kaidah hukum secara rinci seperti Ibadah, muamalat faridh, pidana, perdata, kriminal, perang, sosial, perkawinan, peratauran keluarga, dan laianlain-lainnya.
6)   Berbicara tentang kondisi orang munafik dan sikap dia terhadap dakwah Nabi Muhammad Saw.[9]
Ada suatu hal yang perlu diingat, bahwa surah Makkiyah maupun surah Madaniyah tidak selalu bermuatan ayat-ayat Makkiyah dan Madaniyah. Bisa jadi di dalam surah yang diklasifikasikan Makkiyah terdapat ayat-ayat Madaniyah. Demikian pula sebaliknya. Misalnya, Surah Al-Baqarah. Surah ini diklasifikasikan sebagai surah Madaniyah, tetapi pada surah tersebut terdapat kalimat يايّهاالنّاس (hai sekalian manusia…) yang menjadi dawabith ayat-ayat Makkiyah. Demikian pula pada surah yang diklasifikasikan Makkiyah. Misalnya Surah Al-Hajj. Disana terdapat kalimat yang menjadi ciri surah Madaniyah, yaitu kalimat يايّهاالّذين امنوا (hai orang-orang yang beriman).
Isyarat-isyarat atau ciri-ciri yang lazim disebut dhawabith, baik itu pada Madaniyah maupun pada Makkiyah, bukanlah sesuatu yang pasti. Ketetapan itu diambil berdasarkan taghlib, yakni kebanyakn atau kebiasaan. (Dirasat fi 'Ulum Al-Qur'an, hlm. 62). Pengelompokan surah-surah Al-Qur'an sebagai berikut:
1.    Surah Makkiyah yang keseluruhan ayat-ayatnya Makkiyah. Misalnya surah Al-Muddatstsir. Juga surah Madaniyah yang keseluruhan ayatnya Madaniyah pula. Misalnya surah Ali 'Imran.
2.    Surah Makkiyah yang sebagian besar ayat-ayatnya Makkiyah, kecuali beberapa ayat lainnya yang Madaniyah. Misalnya surah Al-A'raf. Hampir keseluruhan ayat dalam surah ini adalah Makkiyah, kecuali ayat 163 sampai dengan ayat 171.
3.    Surah Madaniyah yang hampir keseluruhan  ayatnya Madaniyah, kecuali beberapa ayat.  Misalnya, surah Al-Hajj yang keseluruhan ayatnya Madaniyah, kecuali empat ayatnya yang Makkiyah, yaitu ayat 52 sampai dengan ayat 55.

2.4.  Jumlah Surah-Surah Makki dan Madaani
1.    Surah-surah yang turun di Mekkah
Imam Badruddin Muhammad bin Abdullah Al-Zarkasyi dalam kitabnya berjudul Al-Burhan fi'Ulum Al-Qur'an menulis bahwa surah-surah yang turun di Mekkah berjumlah 83 buah. Angka ini berbeda dengan yang disodorkan Ibnu Jarih dalam Al-Fihrist. Tokoh yang disebut terakhir ini meriwayatkan dengan sumber dari 'Atha' dari Ibnu Abbas, sebagai berikut: "Surah yang turun di Mekkah berjumlah 85 buah dan yang turun di Madinah 28 buah.
Berikut ini adalah kronologi turunnya ayat-ayat Al-Qur'an di Mekkah menurut kitab AlFihrist yang diambil dari buku Wawasan Baru Tarikh Al-Qur'an karya Syekh Abu Abdulah Al-Zanjani.
1)      Iqra' s.d. Maa lam ya'lam (Al-'Alaq)
2)      Nun wa Al-Qalam
3)      Ya ayyuhal Muzammil
4)      Al-Muddatstsir
5)      Tabbat (surah Al-Lahab) menurut riwayat Mujahid.
6)      Idzasy Syamsu Kuwwirat (At-Takwir)
7)      Sabbih isma Rabbika (Al-'Ala)
8)      Alam Nasyrah (Al-Insyirah)
9)      Al 'Ashar
10)  Al Fajr
11)  Wad-Dhuha
12)  Wal-Laili
13)  Wal 'Adiyat
14)  Inna A'thainaka (Al Kautsar)
15)  Alhakumut Takatsur (At-Takatsur)
16)  Araaital ladzi yukazdzibu bid Din (Al-Ma'un)
17)  Qul ya ayyuhal Kafirun (Al-Kafirun).
18)  Alam tara kayfa (Al Fiil
19)  Qul Huwallahu ahad (Al Ikhlas)
20)   Qul a'udzu bi Rabbil Falaq (Al Falaq)
21)  Qul a'udzu bi Rabbin Naas (An Nas)
22)  Wan Najm (An Najm)
23)  'Abasa
24)  Inna anzalnahu (Al Qadr)
25)  Wasy Syamsi (Asy-Syams)
26)  Was sama'I zatil Buruj (Al Buruj)
27)  Wat Tiin (At-Tiin)
28)  Li ilafi Qurasyin (Quraisy)
29)  Al-Qari'ah
30)  Laa uqsimu bi yaumil Qiyamah
31)  Al Humazah
32)  Al Mursalat
33)  Qaf wa Al-Qur'an
34)  La uqshimu bi hadza Al-Balad (Al-Balad)
35)  Ar-Rahman
36)  Qul Uhiya (Al-Jin)
37)  Yasin
38)  Alif Lam Mim Shad
39)  Al-Furqan
40)  Al-Malaikah
41)  Alhamdulillahi fathiri Al-samawat (Fathir)
42)  Maryam
43)  Thaha
44)  Idza waqa'at (Al-Waqi'ah)
45)  Tha Sin Mim (Asy-Syu'ara')
46)  Tha Sin
47)  Tha Sin Mim (Al-Akhirah)
48)  Bani Israil
49)  Hud
50)  Yusuf
51)  Yunus
52)  Al-Hijr
53)  Ash-Shaffat
54)  Luqman (ayat akhirnya Madaniyah)
55)  Qad Aflaha Al-Mu'minun (Al-Mu'minun)
56)  Saba'
57)  Al-Anbiya
58)  Az-Zumar
59)  Ha Mim (Al-Mu'min)
60)  As-Sajdah
61)  Ha Mim 'Ain Sin Qaf
62)  Az-Zukhruf
63)  Ha Mim (Ad-Dukhan)
64)  Ha Mim Asy-Syari'ah
65)  Ha Mim Al-Ahqaf (padanya terdapat beberapa ayat Madaniyah)
66)  Adz-Dzariyat
67)  Hal Ataka Haditsu Al-Ghasyiyah
68)  Al-Kahfi (ujungnya Madaniyah)
69)  Al-An'am
70)  An-Nahl (Ayat terakhirnya Madaniyah)
71)  Nuh
72)  Ibrahim
73)  As-Sajdah (Alif Lam Mim Sajdah)
74)  At-Thur
75)  Tabaraka alladzi bi yadihi (Al-Mulk)
76)  Al-Haqqah
77)  Sa'ala Sailun
78)  Amma yatasaalun (An-Naba')
79)  An-Nazi'at
80)  Al-Infithar
81)  Al-Insyiqaq
82)  Ar-Rum
83)  Al-'Ankabut
84)  Al-Muthaffifin
85)  Iqtarabat As-Sa'ah
86)  At-Thariq
87)  , 88, dan 89. Berdasarkan sumber Ats-Tsauriy, dari Firas, dari Asy-Sya'biy berkata: "Surah An-Nahl turun di Mekah, kecuali ayat Wa in 'aqabtum fa 'aqibu bi mitsli ma 'uqibtum bihi.

2.    Surah-Surah yang Turun di Madinah
1)      Al-Baqarah
2)      Al-Anfal`
3)      Al-'Araf
4)      Ali 'Imran
5)      Al-Mumtahanah
6)      An-Nisa'
7)      Idza Zulzilat Al-Ardh
8)      Al-Hadid
9)      Alladzina kafaru
10)  Ar-Ra'd
11)  Hal ata 'ala Al-Insan
12)  Ya ayyuha An-Nabiyyu idza thallaqtum An-Nisa
13)  Lam Yakun Alladzina kafaru
14)  Al-Hasyr
15)  Idza ja'a Nashrullah
16)  An-Nur
17)  Al-Hajj
18)  Al-Munafiqun
19)  Al-Mujadalah
20)  Al-Hujurat
21)  Ya ayyuha An-Nabiyu lima tuharrimu (At-Tahrim)
22)  Al-Jumu'ah
23)  At-Taghabun
24)  Al-Hawariyun
25)  Al-Fath
26)  Al-Ma'idah
27)  At-Taubah
28)  Al-Mu'awwizatain (Al-Falaq dan An-Nas)

3.    Ayat-Ayat yang Turun di Mekah dan Hukumnya Madaniyah
1)      Ayat 13 surah Al-Hujurat. Turun pada waktu Fathu Makkah. Ayat ini dinyatakan Madaniyah karena turun sesudah hijrah.
2)      Ayat 3-5 surah Al-Ma'idah. Turun pada hari jum'at. Kala itu umat islam tengah wukuf di Padang Arafah dalam peristiwa Haji Wada'. Haji ini dilaksanakan Rasulullah Saw. setelah beliau berhijrah. Maka ketiga ayat tersebut, diklasifikasikan sebagai ayat-ayat Madaniyah kendati pun turun di Arafah dan seperti diketahui Arafah adalah kawasan di sekitar Mekkah.

4.    Ayat-Ayat yang Turun di Madinah dan Hukumnya Makkiyah
1)      Al-Mumtahanah
Surah Al-Mumtahanah turun ketika Rasulullah hendak berangkat menuju Mekah menjelah Fathu Mekah. Ini terjadi setelah hijrah. Kisahnya sebagai berikut: Mengetahui Rasulullah Saw. hendak berangkat ke Mekah, seorang bernama Hattab bin Abi Balta'ah menulis surah untuk disampaikan kepada orang Qura'sy di Mekah, isinya, menginformasikan rencana Rasulullah Saw. dan kaum muslimin yang akan berangkat ke kota yang disebut paling terakhir.
Entah mengapa Al-Zarkasyi mengklasifikasikan ayat-ayat ini sebagai Makkiyah. Ia tak menjelaskan alasannya. Ada kemungkinan, penulis kitab Al-Burhan fi 'Ulum Al-Qur'an ini sepakat dengan pendapat yang mengatakan ayat Makkiyah adalah ayat-ayat yang khithabnya ditjukan kepada penduduk Mekah.
2)      Ayat 41 surah An-Nahl
Bila melihat kasus ayat 41 surah An-Nahl, tampaknya kemungkinan itu benar, sebab Al-Zarkasyi juga memasukkan ayat yang turun setelah hijrah ini sebagai ayat Madaniyah yang hukumnya Makkiyah, oleh karena khithabnya ditujukan kepada Ahlu Mekah.
3)      Awal surah At-Taubah sampai dengan ayat 28. Ayat-ayat ini sesungguhnya Madaniyah, tetapi khithabnya ditujukan kepada penduduk Mekah (Al-Burhan fi 'Ulum Al-Qur'an, jilid 1, hlm. 196)

5.    Makkiyah Mirip Madaniyah
Pada pembahasan terdahulu disinggung kasus ayat 32 surah An-Najm. Di sana ada kata كبئر yang statusnya bisa jadi membingungkan banyak orang karena hampir sama ulama mendefinisikannya sebagai: "Pelanggaran hukum yang mengakibatkan had". Padahal sebelum Rasulullah Saw. meninggalkan Mekah menuju Madinah untuk berhijrah, hukuman itu belum dikenal. Ayat-ayat seperti inilah yang disebut Makkiyah mirip Madaniyah. Al-Zarkasyi memasukkan ayat 114 surah Hud kedalam kategori ayat jenis ini. Ayat itu, kata Al-Zarkasyi, turun sehubungan dengan Abu Muqabbal Al-Husain Umar bin Qais dan seorang wanita yang membeli kurma kepadanya.

6.    Madaniyah Mirip Makkiyah
Di dalam kitab Al-Burhan fi 'Ulum Al-Qur'an, hanya ada tiga ayat Madaniyah yang mirip Makkiyah, yaitu:
a.       Ayat 17 surah Al-Anbiya', yang turun sehubungan dengan kedatangan delegasi kaum Nasrani Najran.
b.      Ayat 1 surah Al-'Adiyat.
c.       Ayat 32 surah Al-Anfal.
Selain itu, terdapat ayat-ayat yang turun di beberapa tempat. Di Al-Juhfah, turun ayat 85 surah Al-Qashash; di Bait Al-Maqdis, Palestina, turun ayat 45 surah Az-Zukhruf; di Thaif, turun ayat 45 surah Al-Furqan dan ayat 22, 23, dan 24 surah Al-Insyiqaq; dan di Hudaibiyah, turun ayat 30 surah Ar-Ra'd.

7.    Ayat-Ayat yang Turun pada Malam Hari
Di dalam kitab Al-Burhan fi 'Ulum Al-Qur'an yang ditulis oleh Al-Zarkasyi, hanya ada tiga buah ayat yang turun pada malam hari, yaitu:
a.       Ayat 1 surah Al-Hajj. Ayat ini turun ketika terjadi peperangan Bani Al-Mushthaliq;
b.      Ayat 67 surah Al-Ma'idah;
c.       Ayat 56 surah Al-Qashash.

Selain itu, Amir Abdul Aziz menambahkan beberapa ayat lagi yang turun pada waktu malam, yaitu:
a.       Ayat 190 s.d. akhir surah Ali 'Imran, yang berarti keseluruhannya berjumlah 10 ayat. Diriwayatkan, bahwa suatu malam Bilal hendak mengumandangkan adzan subuh. Sebelum itu ia mndapati Rasulullah Saw. tengah menangis. Bilal langsung menanyakan, apa gerangan yang telah membuata Rasulullah menangis? Rasulullah Saw. menjawab: "Apa yang menghalangiku untuk menangis? Baru saja diturunkan kepadaku malam ini…" (Rasulullah Saw. lalu membacakan ayat 90 surah Ali Imran sampai dengan akhir surat itu). Usai membacakan ayat-ayat yang baru saja beliau terima, Rasulullah kemudian mengatakan kepada Bilal: "Celakalah bagi orang yang membacanya, tetapi tidak memikirkannya".
b.      Surah Al-An'am. Diriwayatkan dari Ibnu Abbas, berkata: "Suraj Al-An'am turun di Mekah sekaligus pada malam hari, dikawal seribu malaikat dengan mengumandangkan tasbih.
c.       Surah Maryam. Diriwayatkan dari Abu Maryam Al-Ghassaniy, berkata: "Aku pernah mendatangi Rasulullah Saw., lalu kukatakan, aku punya tetangga yang malam ini melahirkan bayi wanita, beliau (Rasulullah Saw.) lalu mengatakan, "Malam ini diturunkan kepadaku surah Maryam, berilah dia nama Maryam".

8.    Ayat-Ayat yang Turun pada Musim Dingin
a.       'Aisyah, menurut catatan kitab Dirasat fi 'Ulum Al-Qur'an, pernah mengatakan bahwa ayat 11 surah An-Nur yang sabab nuzulnya berkaitan dengan dirinya diturunkan pada musim dingin.
b.      Ayat 9 surah Al-Ahzab. Khudzaifah meriwayatkan, pada malam Al-Ahzab, orang-orang berpencar dengan Rasulullah Saw., kecuali dengan 12 orang. Rasulullah Saw. datang dan mengatakan kepada mereka, "Bangkitlah dan berangkatlah ke kamp Al-Ahzab."
قُلْتُ يَا رَسُوْلَ اللهِ وَالَّذِيْ بَعَثَكَ بِالْحَقِّ مَا قُمْتُ لَكَ إِلَّا حَيَاءً مِنَ الْبَرْدِ .
        Kutanyakan: "Wahai Rasulullah, demi zat yang telah mengutusmu dengan benar, apa yang kulakukan untukmu kecuali karena takut kedinginan."
Lalu turunlah ayat 9 surah Al-Ahzab dan ayat yang sesudahnya.
9.    Ayat-Ayat yang Turun di Perjalanan
a.       Ayat 281 surah Al-Baqarah, turun di mina pada tahun terjadinya Haji Wada'.
b.      Ayat 58 surah An-Nisa'. Ayat ini turun kepada Nabi Muhammad Saw. pada hari futuh saat beliau berada di Ka'bah.
c.       Ayat 176 surah An-Nisa'.
d.      Ayat 3 surah Al-Maidah, turun di Arafah pada waktu Haji Wada'.

10.    Ayat-Ayat yang Turun Musyayya'
Musyayya' artinya diiringi, dikawal dan diantar. Ada beberapa ayat Al-Qur'an yang ketika turun dikawal sejumlah malaikat sebagai penghormatan. Ayat-ayat yang ketika turun diperlakukanj seperti itu disebut, "ayat musyayya'". ayat-ayat atau surah-surah tersebut adalah:
a.       Al-Fatihah. Surah ini ketika turun dikawal 30.000 malaikat.
b.      Ayat Kursiy, ketika turun dikawal 30.000 malaikat.
c.       Surah Yunus. Surah ini ketika turun dikawal 70.000 malaikat.
d.      Surah Al-An'am. Dikawal 20.000 malaikat.
e.       Ayat 45 surah Az-Zukhruf, turun dikawal 20.000 malaikat.
Tentang riwayat pengawalan oleh 70.000 malaikat ketika turun surah Yunus yang merujuk pada apa yang disebut Abu 'Amar bin Shalah dalam fatwanya dengan sumber dari Ubai bin Ka'ab, oleh Al-Zarkasyi dinilai berisnad lemah. Kebanyakan ayat Al-Qur'an dibawa Jibril sendiri tanpa pengawalan, demikian menurut Al-Zarkasyi.
Menurut Syekh Muhammad Al-Khudri Bek, Al-Qur'an yang diturunkan di Mekkah kira-kira 19/30, sedangkan yang diturunkan di Madinah kira-kira 11/30, atau tepatnya surat-surat yang diturunkan di Meekkah sebanyak 86 surat, dan yang diturunkan di Madinah sebanyak 28 surat.[10] Maising-masing kelompok surat Makkiyah dan Madaniyah itu secara rinci dapat dilihat dari daftar berikut:

2.5.  Perbedaan Makki dan Madani
Untuk membedakan Makki dan Madani, para ulam mempunyai tiga macam pandangan yang masing-masing mempunyai dasarnya sendiri.
Pertama:  Dari segi waktu turunnya. Makki adalah yang diturunkan sebelum hijrah meskipun bukan di Mekah. Madani adalah yang diturunkan sesudah hijrah sekalipun bukan di Madinah. Yang diturunkan sesudah hijrah sesudah hijrah sekalipun di Mekah atau Arafah adalah Madani, seperti yang diturunkan pada penaklukkan kota Mekah, misalnya firman Allah:
إن الله يأمركم أن تؤدوا الأمانات إلى أهلها. - النساء : 58-
"Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak…" (An-Nisa' [4]:58).
Ayat ini diturunkan di Mekah, dalam ka'bah pada tahun penaklukkan kota Mekah; atau yang diturunkan pada haji Wada', seperti firman Allah:
اليوم أكملت لكم دينكم و اتممت عليكم نعمتي ورضيت لكم الإسلام دينا. – المائدة:3–
"Hari ini telah Kusempurnakan untukmu agamamu, telah Kucukupkan kepadamu nikmat-Ku dan telah Ku-ridai Islam menjadi agama bagimu." (Al-Ma'idah [5]:3)[11]
Pendapat ini lebih baik dari kedua pendapat berikut, karena ia lebih memberikan kepastian dan konsisten.
Kedua: Dari segi tempat turunnya. Makki ialah yang turun di Mekkah dan sekitarnya, seperti Mina, Arafah dan Hudaibiyah. Dan Madni ialah yang turun di Madinah dan sekitarnya, seperti Uhud, Quba, dan Sil'. Pendapat ini mengakibatkan tidak adanya pembagian secara konkrit yang mendua, sebab yang turun dalam perjalanan, di Tabuk atau di Baitul Makdis tidak termasuk ke dalam salah satu bagiannya,[12] sehingga ia tidak dinamakan Makki dan tidak juga Madani. Juga mengakibatkan bahwa yang diturunkan di Mekah sesudah hijrah disebut Makki.
Ketiga: Dari segi sasarannya. Makki adalah yang seruannya ditujukan kepada penduduk Mekah dan Madani adalah yang seruannya ditujukan kepada penduduk Madinah. Berdasarkan pendapat ini, para pendukungnya menyatakan bahwa ayat Al-Qur'an yang mengandung seruan yaa ayyuhan naas (wahai manusia) adalah Makki; sedang ayat yang mengandung seruan yaa ayyuhal ladziina aamanuu (wahai orang-orang yang beriman) adalah Madani.
Namun melalui pengamatan cermat, nampak bagi kita bahwa kebanyaknan surah Al-Qur'an tidak selalu di buka dengan salah satu seruan itu. Dan ketentuan demikian pun tidak konsisten. Misalnya, surah Al-Baqarah itu Madani, tetapi didalamnya terdapat ayat yaa ayyuhan naas  dalam ayat 21 dan 168 serta surah An-Nisa itu Madani, tetapi permulaannya "yaa ayyuhan naas." Surah Al-Hajj, Makki tetapi di dalamnya terdapat juga ayat yaa ayyuhal ladziina aamanuu  pada ayat 77.
Al-Qur'anul Karim adalah seruan Ilahi terhadap semua makhluk. Ia dapat saja menyeru orang yang beriman dengan sifat, nama atau jenisnya. Begitu pula orang yang tidak beriman dapat diperintah untuk beribadah sebagaimana orang yang briman diperintahkan konsisten dan menambah ibadahnya.






BAB III
PENUTUP

3.1.  Kesimpulan
Makiyah adalah ayat-ayat yang diturunkan sebelum Rasul SAW hijrah kemadinah, kendatipun turunnya diluar Mekkah.
Madaniyah adalah ayat-ayat yang diturunkan sesudah Rasulullah hijrah ke madinah kendatipun bukan turun di madinah ayat-ayat yang turun setelah peristiwa hijrah disebut madaniyah walaupun turun di makah atau arafah.
Terlepas dari perdebatan definisi Makki dan Madani, yang jelas dan pasti adalah bahwa kategorisasi makkiyah dan madaniyah bukan datang dari Nabi Saw. kategorisasi ini adalah hasil ijtihad sahabat, tabi'in dan genersai setelah mereka untuk memudahkan dalam menganalisis dan mengkaji Al-Qur'an.
Para ulama antusias untuk menyelidiki surat-surat Makkiyah dan Madaniyah. Mereka meneliti Al-Qur'an ayat demi ayat dan surat demi surat untuk ditertibkan sesuai dengan turunnya, dengan memperhatikan waktu, tempat dan pola kalimat. Lebih dari itu, mereka mengumpulkan antara waktu, tempat dan pola kalimat. Cara demikian merupakan suatu kecermatan yang memberikan kepada peneliti ghamabaran mengenai kebenaran ilmiah tentang ilmu Makkiyah dan Madaniyah. Itulah sikap ulam kita dalam melakukan pembahasan-pembahasan terhadapa Al-Qur'an dan juga masalah lain.
Memerhatikan uraian diatas, terutama menyangkut perihal pengelompokkan kedalam surat-surat Makkiyah dan Madaniyah, sungguh menarik perhatian kita bersama. Para ulamk memiliki kemauan dan ketekunan dalam mengelompokkan surat-surat dalam Al-Qur'an berdasarkan proses penurunan Al-Qur'an sendiri.

3.2.  Saran
Semoga dengan adanya makalah yang berjudul tentang “Makki dan Madani” ini bisa menjadi bahan pengajaran dan rujukan bagi kita selaku mahasiswa yang masih dalam tahap belajar dan bila ada kekurangan dari makalah ini, penulis mohon maaf dengan sebesar-besarnya, karena setiap manusia pasti tidak luput dari kesalahan dan dosa, tapi setidaknya penulis telah berusaha untuk menyelesaikan makalah ini dengan sebaik-baiknya.
Bagi pembaca, penulis mohon agar dapat memberikan kritik dan sarannya tentang makalah ini, supaya hal itu bisa menjadi evaluasi bagi penulis agar menjadi lebih baik lagi kedepannya.   


DAFTAR PUSTAKA

Al-Qur'anul Karim
Manna Al-Qaththan, Syaikh. Pengantar Studi Ilmu Al-Qur'an (Terjemahan Mabahits Fii 'Ulumul Qur'an). Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 2013. Cet. ke-9
H. Anshori, Dr. Ulumul Qur'an (Kaidah-kaidah Memahami Firman Tuhan). Jakarta: PT Rajagrafindo Persada, 2013. Cet. ke-1.
Amin Suma, Muhammad. Ulumul Qur'an. Jakarta: PT Rajagrafindo Persada, 2013. Cet. ke-1.
Hermawan, Acep. 'Ulumul Qur'an (Ilmu Untuk Memahami Wahyu). Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2011. Cet. ke-1.
http://zen-elangjawa.blogspot.com/2014/03/makalah-makkiyah-dan-madaniyah-ulumul.html (diakses tanggal 30 Desember 2014)
Khalil al-Qaththan, Manna. Studi Ilmu-Ilmu Al-Qur'an. Surabaya: PT Pustaka Litera AnatarNusa, 2013. Cet. ke-17.



[1]Muhammad al-Shadiq Qamhawi, al-Ijaz wa al-Bayan Fi Ulum al-Qur'an, (Bairut: 'Alam al-Kutub, 2006), hlm. 33. Lihat Manna al-Qaththan, Mabahits Fi Ulum Al-Qur'an, (Riyadh: Daar al-Rasyid, t.th), hlm. 61.
[2]Ibid., hlm. 40,Lihat Musa'id Bin Sulaiman Bin Nashir al-Thayyar, al-Muharrir Fi Ulum al-Qur'an, (Jeddah: Markaz al-Dirasat wa al-Ma'lumat al-Qur'aniyah, 2008), hlm. 103.
[3]Nuruddin 'Iter, Ulum al-Qur'an al-Karim, (Damaskus: Mathba'ah al-Shalah, 1996), Cet. VI, hlm. 57.
[4]Ahmad al-Sayyid al-Kumi, Ulum al-Qur'an, (Cairo: Kulliyatu Ushul al-Din, 1982), hlm. 83-84.
[5]Muhammad al-Shadiq Qamhawi, al-Ijaz wa al-Bayan Fi Ulum al-Qur'an, (Bairut: 'Alam al-Kutub, 2006), hlm. 32, Manna al-Qaththan, Mabahits Fi Ulum Al-Qur'an, (Riyadh: Daar al-Rasyid, t.th), hlm. 60.
[6]Lihat Manna al-Qaththan, Mabahits Fi Ulum Al-Qur'an, (Riyadh: Daar al-Rasyid, t.th), hlm. 60, Lihat Muhammad al-Shadiq Qamhawi, al-Ijaz wa al-Bayan Fi Ulum al-Qur'an, (Bairut: 'Alam al-Kutub, 2006), hlm. 32.
[7]Ahmad al-Sayyid al-Kumi, Ulum al-Qur'an,(Cairo: Kulliyatu Ushul al-Din, 1982), hlm. 82.
[8]Ibid., hlm. 82
[9]Lihat Manna al-Qaththan, Mabahits Fi Ulum Al-Qur'an, (Riyadh: Daar al-Rasyid, t.th), hlm. 63-64, Lihat Muhammad al-Shadiq Qamhawi, al-Ijaz wa al-Bayan Fi Ulum al-Qur'an, (Bairut: 'Alam al-Kutub, 2006), hlm. 34-35, Lihat Musa'id Bin Sulaiman Bin Nashir al-Thayyar, al-Muahrrir Fi Ulum al-Qur'an, (Jeddah: Maekaz al-Dirasat wa al-Ma'lumat al-Qur'aniyah, 2008), hlm. 113-114
[10]Munawir Khalil, Al-Qur'an dari Masa ke Masa, (t.t), hlm. 18.
[11]Dalam hadits shahih dari Umar dijelaskan, ayat itu turun pada malam Arafah hari Jum'at tahun haji Wada'.  
[12]Surat Fath turun dalam perjalanan. Dan firman Allah: "Kalau yang kamu serukan kepada mereka itu keuntungan yang mudah diperoleh dan perjalanan yang tidak berapa jauh, pasti mereka akan mengikutimu." (at-Taubah [9]: 42), turun di Tabuk. Sedang Firman Allah: "Dan tanyakanlah kepada rasul-rasul Kami yang telah Kami utus sebelum kamu." (az-Zukhruf  [43]: 45), turun di Baitul Maqdis pada malam Isra'.