{Dua Puluh}
Setapak Menuju Syurgaku
Iva Rustiana
Lembayung
kuning mulai menampakkan rupanya dipenghujung sore. Hujan rintik kian membasahi
bumi sambil menemani perjalanan pulangku dari desa Caringi. Aku dan kawan-kawan
berada didalam sebuah mobil bus kampus dalam perjalanan pulang setelah
mengikuti kegiatan Training Manajemen Organisasi. 3 jam dalam perjalanan pulang
akhirnya kami sampai dikampus tepat saat adzan maghrib dikumandangkan.
"Alhamdulillah,
akhirnya telah sampai dan datang dengan selamat" lirihku dalam hati.
"Azam..!!
sholat dulu yuk, sebelum pulang ke asrama ." kata temanku, Lana.
Azam,
ya itulah panggilan namaku sehari-hari, nama lengkapku Putra Khoirul Azam. Aku
berasal dari keluarga yang sederhana di sebuah pedesaan yang terletak di ujung
Banten selatan. Aku dilahirkan dan dibesarkan oleh kedua orangtuaku di kampung.
Umurku sekitar 19 tahun. Aku anak kedua dari 2 bersaudara, kakakku sudah
menikah sekitar 6 tahun yang lalu dan dikaruniai seorang anak. Dia sekarang
kerja disebuah perusahaan di Kota Tangerang. Sekarang aku belajar di sebuah
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta yang terletak di Kota
Tangerang Selatan. Entah kenapa, kampus tempat belajarku ini nama belakangnya
kota Jakarta, padahal letaknya masih berada di Provinsi Banten, mungkin karena
jarak yang hanya sekitar beberapa kilometer saja dari perbatasan provinsi yang
pada akhirnya kampus ini dinamakan Kota Jakarta, atau mungkin saja ada latar
belakang sejarah pada saat itu yang menyebabkan hal ini bisa terjadi.
"siap
kawan, kita simpan dulu barang-barang kita disini.." jawabku.
"teman-teman
semuanya, ada pengumuman dulu sebentar, sebelum kalian semua pulang kerumah
masing-masing, setelah shalat maghrib bantu kakak-kakak untuk menyimpan
barang-barang ini ke tempat sekretariat ya..!" perintah salah satu
panitia.
"baik
kak.." jawab kami serempak.
Setelah
itu, kami langsung bergegas mengambil air wudhu lalu menunaikan shalat maghrib
di masjid kampus. Selang beberapa menit, kami membantu panitia untuk membereskan
dan menyimpan barang-barang itu ke sekretariat.
"Alhamdulillah,
akhirnya selesai juga zam, mari kita pulang..!" kata Lana.
"Ayo,
sebelumnya kita pamit pulang dulu sama yang lain." Kataku.
"Ayo..!!"
Setelah
kami berpamitan kepada panitia dan teman yang lain, aku dan temanku pun
langsung pulang ke asrama.
*Asrama
"Lan,
malam ini aku gak bakal nginap di asrama, aku harus pulang ke rumah kakakku di
Tangerang, dan besok pagi aku harus pulang ke kampung halamanku." Kataku.
"oh
begitu, sip deh, jika kau mau pulang berarti penghuni asrama semakin
sedikit."
Ya,
semua penghuni asrama memang sudah pulang ke rumahnya masing-masing,
dikarenakan libur semester.
"kamu
memang gak pulang ke rumah Lan.?" Tanyaku.
"tidak
zam, aku gak punya ongkos untuk pulang. Mungkin aku akan tinggal di rumah
saudaraku di Depok selama liburan semester ini."jawab Lana.
"oke
kalau begitu, aku beres-beres dulu ya ke kamar." Kataku.
Beberapa
saat kemudian, akhirnya semua barang yang akan ku bawa pulang telah selesai
disiapkan, setelah itu aku langsung berpamitan kepada teman-teman asramaku,
satpam, dan tak lupa pengasuh asrama, kemudian aku bergegas untuk berangkat.
*Stasiun
Waktu
menunjukkan 19.15 WIB aku hendak berangkat ke stasiun Pondok Ranji untuk
membeli tiket pulang kereta commuter line arah pemberhentian stasiun Maja.
Setelah tiket sudah ada ditangan, aku masuk ke peron, tak lama ada yang
memanggil namaku.
"Azam..!!"
teriak seseorang
"Iya..
via..? mau pulang..?" tanyaku.
"iya
zam, oh iya, hp ku hilang tadi sore sewaktu di mobil" kata via, temanku
"kok
bisa vi..?" tanyaku
"iya,
aku juga kurang tau, tadi aku ketiduran di mobil, terus pas mau turun, aku gak
ingat sama hp, pas aku mau naik angkot, aku baru nyadar kalo hp ku gak
ada." Kata via.
"Ya
udah vi, gak apa-apa semoga Allah menggantinya dengan yang lebih baik."
Kataku.
"Aamiin."
Setelah
itu, karena adzan isya telah berkumandang, aku bergegas untuk melaksanakan
shalat isya, sambil menunggu kereta tujuanku datang ke stasiun.
Tak
perlu menunggu lama, setelah aku menunaikan ibadah shalat isya, kereta tujuan
akhir stasiun Maja pun telah tiba dan aku langsung masung ke gerbong keretanya.
Suasana
gerbong, tidak terlalu ramai dan tidak terlalu sepi. Tiba-tiba hpku berdering,
aku buka hpku ternyata kakakku menelepon.
"Halo..
Assalamu'alaikum.." ucapku
"Wa'alaikumussalaam,
azam, kamu jadi pulang kerumah kakak malam ini..?" tanya kakakku
"Jadi
kak, sekarang aku lagi di kereta kak.." jawabku
"Oh
yaudah, ntar kalau udah tiba di Cikupa, kabarin lagi ya.." pinta kakakku
"Iya
kak.."
Stasiun
demi stasiun telah dilewati. Karena kondisiku begitu lelah karena aktivitas
hari-hari sebelumnya yang begitu extra dan cukup melelahkan, badanku terasa
pegal dan lelah sekali, mataku pun sedikit pucat dan mulai layu hingga akhirnya
rasa ngantuk pun mulai menyerang saat kondisiku sedang berada ditempat umum ini.
Akhirnya dengan kondisi ngantuk, akupun tertidur di bangku kereta. Dan tak
disangka stasiun tujuanku yaitu Tenjo telah terlewati. Aku sentak terbangun
setelah ada seorang office boy menanyaiku.
"Berhenti
di stasiun mana mas..?" tanya salah seorang OB
"Di
stasiun Tenjo" jawabku.
"Waduh
mas, stasiun Tenjo udah kelewat, sekarang kereta menuju stasiun Cikoya."
Kata OB
"Astaghfirullahal'adzim.."
lirihku dalam hati
"Ya
udah mas, sekarang turun di Cikoya, nanti tunggu kereta lewat kembali yang arah
ke Kebayoran, setelah itu turun di Tenjo."
"Iya
mas, makasih." Kataku
Suasana
dalam gerbong meskipun tidak ramai, tapi orang-orang yang ada disekitarku
seperti membicarakan dan mentertawaiku karena ulahku tadi. Dan akhirnya aku
turun di stasiun Cikoya, dan menunggu kereta Commuter Line lewat kembali.
Hampir satu jam aku menunggu kereta, rasa was-was dan panik seketika muncul
dalam pikiranku bercampur aduk dengan keadaanku yang begitu letih. Waktu
menunjukkan pukul 22.15 WIB, akhirnya tidak lebih dari satu jam, kereta pun
tiba, dan aku bergegas masuk supaya tidak ketinggalan. Didalam kereta aku
langsung duduk, dan berjaga-jaga untuk tidak tidur lagi dan mencoba untuk
menghilangkan rasa kantuk.
Alhamdulillah,
tak lama akhirnya kereta telah tiba di stasiun Tenjo, karena hanya melewati dua
stasiun dari stasiun yang aku singgahi tadi. Aku turun dari dalam gerbong
kereta, dan langsung cekatan ke tempat penukaran tiket. Setelah itu, aku
langsung keluar dari stasiun. Seperti orang yang tidak tau arah dan tujuan, aku
kebingungan harus kemana kaki ini dilangkahkan untuk pulang. Aku terus
mondar-mandir dan sempat istirahat sebentar disebuah bangku panjang dekat
warung milik warga setempat. Angin malam pun mulai bertiup dingin, suasana
daerah setempat mulai terasa sepi, hanya ada beberapa orang saja yang masih
menjalankan aktivitasnya. Perasaanku pun tak karuan, daripada aku terus-terusan
kebingungan, aku akhirnya bertanya kepada seorang bapak-bapak disebuah tempat
warung makan.
"Assalamu'alaikum
Pak, mau bertanya, kalau arah ke Cikupa itu sebelah mana ya Pak..?"
tanyaku
"Wa'alaikumussalaam,
kalau ke Cikupa kearah seberang stasiun de, masih lumayan jauh dari sini."
Jawab bapak tua
"Kira-kira
masih ada angkot gak pak, yang lewat kearah sana..?" tanyaku lagi
"Waduuhh
de, kalo angkot gak ada jam segini mah, biasanya ada kendaraan bus yang lewat
kearah sana tapi siang, tapi kalau jam segini mah gak ada."
"Oh
begitu, makasih ya Pak."
"Sama-sama."
Rasa
cape, lelah dan letih pun, aku tahan dulu, dan melanjutkan perjalanan berbalik
arah ke seberang stasiun. Disana ada beberapa tukang ojek. Ketika ku hendak
meraba kantong celana dan membuka tasku, rasanya semakin miris, uangku ternyata
tinggal beberapa rupiah lagi, dan mungkin tidak bakalan cukup untuk membayar
ongkos kesana.
"Mau
kemana de..?" tanya salah seorang tukang ojek
"Ke
Cikupa Pak."
"Ayo,
saya antar tapi hanya ke bundaran pertigaan Tigaraksa saja, dari sana kamu naik
angkot kearah Cikupa"
"Ongkosnya
kira-kira berapa Pak..?"
"40
ribu de.."
Akupun
kaget karena uang disaku pun cuma tinggal sedikit lagi.
"Uang
saya tinggal sedikit pak, saya bayar setengahnya aja ya pak."
"
Ya udah, mari..!!"
"Alhamduliillah,
akhirnya malam-malam seperti ini masih ada bapak-bapak yang mau berkenan hati
untuk menolong orang." Pikirku
Bapak
yang tadi pun mulai menghidupkan motornya, dan kamipun mulai berjalan. Bunyi
motorpun menambah suasana dinginnya malam ini, ditambah dengan suasana yang
sepi karena berkurangnya warga yang telah selesai menyelesaikan aktivitasnya.
Mereka semua sudah masuk kerumahnya masing-masing. Mereka mungkin ada yang
sudah tidur, istirahat karena sudah
seharian penuh beraktivitas, atau mungkin ada yang masih bercengkrama
dirumahnya sambil menonton tv dan meminum secangkir kopi hangat. Hmm, entahlah…
berbeda denganku, malam-malam seperti ini masih berada di perjalanan, masih
jauh untuk melepas lelah dan istirahat.
Waktu
menunjukkan pukul 22.55 WIB, akhirnya aku tiba ditempat yang telah dibicarakan
tukang ojek tadi. Akupun turun dari motornya, dan memberikan ongkos itu kepada
bapak itu. Bapak itu pun langsung pamit pulang dan berbalik arah lagi. Kini aku
sendiri lagi, dengan kondisi yang sama dari tempat sebelumnya, tinggal hanya
beberapa orang saja yang masih bertugas pada malam-malam seperti ini. Kendaraan-kendaraan
di jalan raya pun mulai berkurang tinggal hanya beberapa saja yang lewat dan
itu pun kendaraan pribadi. Aku melirik kearah depan, akhirnya ada angkoy yang
berhenti dipinggir jalan, akupun langsung berlari kearah angkot itu. Setibanya
disana, setelah kulihat-lihat ternyata pintu dan jendela angkot ini sudah
ditutup, pertanda bahwa angkot ini tidak akan menarik penumpang lagi di malam
ini.
Ya
Allah… begitu pilunya hati ini, badanku benar-benar mulai lelah lagi. Tapi
seakan ada yang membisikkan dalam pikiranku, aku harus kuat, aku harus
istirahat dan cepat-cepat pulang kerumah kakakku, kalau kondisiku semakin tidak
karuan malam ini, aku akan membuat orang tuaku risau dan khwatir da mempunyai
perasaan yang tidak enak karena memikirkan anaknya. Aku pun terpaksa berjalan
kaki, menelusuri pinggir-pinggir jalan raya dengan seorang diri. Angin malam
terus berhembus dengan rasa dingin membuat badanku terasa menggigil. Tapi itu
tak ku hiraukan aku harus berjalan lagi. Langkah demi langkah tak kurasakan
hingga akhirnya aku merasakan lelah juga. Tiba disebuah warung, aku ingin
membeli minum karena kehausan, aku hendak meraba kantong celanaku, ternyata
uangku hanya tinggal uang recehan, aku pun beli minum dan sebuah roti dengan
uang itu. Sambil makan roti, aku berjalan lagi, tapi ternyata masih cukup
lumayan jauh. Di tengah perjalanan, aku mengambil sebuah handphone dari kantong
celanaku ternyata hp sudah mulai low bad. Aku tidak bisa menggunakan hp
ini untuk menelepon kakakku. Aku harus mencari tempat atau warung warga yang
masih terbuka. Akhirnya selang beberapa menit kemudian, akhirnya diseberang
jalan ada sebuah warung makanan yang masih terbuka, dan sepertinya ada tempat
untuk meng-cass hpku. Setibanya disana aku langsung bertemu dengan bapak tukang
warung itu dan meminta bantuan.
"Assalamu'alaikum,
pak boleh minta tolong tidak, saya mau numpang buat ng-cass hp saya
disini..?" tanyaku dengan sedikit ragu.
"Wa'alaikumussalaam,,
iya silahkan" jawab bapak itu.
"Terimakasih
pak"
Sambil
memberikan hp dan cass nya kepada bapak itu. Sambil menunggu, hpku terisi lagi
baterainya, perutku terasa memanggilku lagi seakan menyuruhku untuk
memberikannya jatah makan malam. Tapi, apalah daya, uangku hanya tinggal
recehan, aku hanya beli makanan ringan di warung bapak ini untuk mengganjal
perutku yang mulai sakit. Aku makan sambil menonton acara tv yang ada di warung
bapak itu.
Suasana
angin malam yang dingin terus menyelimuti tubuhku. Suara ribut diatas langit
seakan menemani suasana malam hari ini. Petir di malam ini pertanda bahwa akan
mulai hujan turun. Ternyata memang benar, tetes demi tetes, rintik demi rintik
hujan turun membasahi bumi, dan menambah dinginnya malam ini. Aku mulai
kedinginan lagi. Kueratkan baju jaketku untuk menyelimuti tubuhku dan aku mulai
mengamankan isi tasku dengan menutupinya dengan sebuah pelindung tas dari luar.
Kurang
dari setegah jam, aku mencoba untuk mengambil hpku dan mengaktifkannya lagi.
Setelah hpku hidup lagi, aku berterimakasih kepada bapak itu, karena telah
membantuku untuk bisa menghubungi kakakku. Aku menelepon kakakku dengan sisa
pulsa yang ada. Akhirnya hpku bisa tersambung lalu memberikan kondisiku saat
ini kepada kakakku.
"Assalamu'alaikum
kak..""
"Wa'alaikumussalaam,
azam, kamu dimana..?" tanya kakakku langsung menanyakan keberadaanku
"Aku
kemalaman kak, tadi gak ada mobil, terus hujan, hpku low bad, sekarang
lagi di daerah Tigaraksa dekat Pemerintahan Kota."
"Ya
udah, nanti suami kakak akan menjemputmu kesana, tunggu ya.."
"Iya
kak.."
Betapa
khawatirnya kakakku dengan kondisiku saat ini. Ya memang, semenjak aku belajar
di luar kota dan tempat menuntut ilmuku berada lumayan dekat dengan tempat
kerja kakakku, aku merasa lebih diperhatikan sama kakakku. Berbeda ketika masih
dikampung, aku sangat dekat dengan keluargaku terutama orangtuaku sendiri,
sehingga sebelum aku pergi jauh untuk menimba ilmu di negeri orang, aku mencoba
tinggal disebuah pondok pesantren tanpa setiap hari bertemu dengan orang tuaku.
Makanya saat ini, orang tuaku menintipkanku pada kakakku untuk selalu menegur
dan memberikan nasihat serta sedikit materi padaku.
Tak
perlu menunggu lama, dengan suasana rintik hujan yang masih setia menemani
malam ini, kakak iparku tiba menjemputku dengan sebuah motor pribadinya, dan
tak perlu menunggu lama akhirnya akupun naik keatas motor dan kakak iparku
langsung menarik gas. Betapa dinginnya angin malam ini, ketikaku berada
disebuah motor dengan kondisi kehujanan walupun hujan yang turun hanya tinggal
gerimis saja.
Beberapa
menit kemudian, akhirnya aku dan kakak iparku tiba di sebuah kontrakkan tempat
kakakku tinggal selama ini. Kontrakkan yang berada di daerah sekitar Cikupa.
Dan aku pun langsung masuk, dan menaruh barang bawaanku. Dengan perhatiannya,
kakakku menyuruhku untuk mengganti pakaianku yang sedikit basah dan berbau
keringat. Setelah aku mengganti pakaian, aku disuruh makan. Alhamdulillah,
sekarang rasa laparku mulai hilang. Setelah makanku selesai, aku langsung
memberekan tempat makanku, dan aku langsung istirahat untuk tidur.
Perjalanan
yang cukup melelahkan, dengan kondisi yang sangat memprihatinkan, akhirnya
semuanya terbayar malam ini, aku bisa istirahat untuk melepas semua rasa cape,
lelah dan letih disebuah kontrakkan kakakku yang begitu cukup nyaman untuk
ditempati, walaupun terkadang ada suara gemuruh-gemuruh kecil menggangu
kenyamanan didalam kontrakkan yang mana suara itu muncul dari atas atap, ya
itulah suara tikus-tikus yang sedang berlarian entah sedang apa yang mereka
kerjakan.
Waktu
subuhpun tiba, pertanda bahwa istirahatku malam tadi sudah selesai. Aku segera
mandi dan mengambil air wudhu dan menunaikan shalat shubuh, setelah itu
langsung bergegas membereskan barang-barang bawaanku. Ya, aku hampir lupa,
bahwa hari ini aku harus segera pulang ke kampung halamanku, bahwa esok hari,
ada sebuah agenda menantiku. Akupun sarapan pagi ditemani oleh kakakku dan
suaminya. Setelah santap sarapan pagi selesai, aku langsung berpamitan pulang
kepada kakakku dan dia memberikanku bekal untuk diperjalanan. Aku pamit pulang
pada kakakku dan akupun diantarkan oleh kakak iparku ke terminal bus dengan
kendaraan motor. Setelah tiba diterminal, aku langsung turun dari atas motor,
dan menunggu bus tujuan kearah daerah yaitu Bayah. Tak perlu menunggu lama,
akhirnya bus itu tiba dan aku langsung masuk dan mengambil tempat duduk yang
masih kosong dekat seorang penumpang yang lain serta meletakkan barang bawaaku
dengan aman.
Lama
perjalanan menuju kampungku sekitar 7-8 jam dengan situasi diperjalanan macet
karena hujan deras yang menyebabkan banjir, akhirnya aku sampai disebuah kampung,
seperti yang telah disebutkan tadi, kampungku bernama Bayah. Entah berasal dari
suku kata apa nama itu, tapi yang pasti aku mengenalnya nama itu pada kondisi
alam sekitar dengan beribu keindahan yang ada disekelilingnya. Kampung yang
berada dipinggir pantai, ribuan pohon kelapa melengkapi pemandangan eksotis
pantai, karang-karang yang indah, ombak pantai yang terus berdeburan, ditambah
dengan banyak bukit yang menawarkan keindahannya untuk dipandang orang,
swah-swah yang berpetak-petak, sungai yang cukup besar dan terkenal didaerahku,
begitupula dengan sumber daya alam didaerahku yang cukup besar. Itulah syurga
yang terindah dihidupku, tempat aku dilahirkan dan dibesarkan oleh kampung yang
indah ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar