Sabtu, 16 Mei 2015



{Dua Puluh}
Setapak Menuju Syurgaku
Iva Rustiana

Lembayung kuning mulai menampakkan rupanya dipenghujung sore. Hujan rintik kian membasahi bumi sambil menemani perjalanan pulangku dari desa Caringi. Aku dan kawan-kawan berada didalam sebuah mobil bus kampus dalam perjalanan pulang setelah mengikuti kegiatan Training Manajemen Organisasi. 3 jam dalam perjalanan pulang akhirnya kami sampai dikampus tepat saat adzan maghrib dikumandangkan.
"Alhamdulillah, akhirnya telah sampai dan datang dengan selamat" lirihku dalam hati.
"Azam..!! sholat dulu yuk, sebelum pulang ke asrama ." kata temanku, Lana.
Azam, ya itulah panggilan namaku sehari-hari, nama lengkapku Putra Khoirul Azam. Aku berasal dari keluarga yang sederhana di sebuah pedesaan yang terletak di ujung Banten selatan. Aku dilahirkan dan dibesarkan oleh kedua orangtuaku di kampung. Umurku sekitar 19 tahun. Aku anak kedua dari 2 bersaudara, kakakku sudah menikah sekitar 6 tahun yang lalu dan dikaruniai seorang anak. Dia sekarang kerja disebuah perusahaan di Kota Tangerang. Sekarang aku belajar di sebuah Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta yang terletak di Kota Tangerang Selatan. Entah kenapa, kampus tempat belajarku ini nama belakangnya kota Jakarta, padahal letaknya masih berada di Provinsi Banten, mungkin karena jarak yang hanya sekitar beberapa kilometer saja dari perbatasan provinsi yang pada akhirnya kampus ini dinamakan Kota Jakarta, atau mungkin saja ada latar belakang sejarah pada saat itu yang menyebabkan hal ini bisa terjadi.
"siap kawan, kita simpan dulu barang-barang kita disini.." jawabku.
"teman-teman semuanya, ada pengumuman dulu sebentar, sebelum kalian semua pulang kerumah masing-masing, setelah shalat maghrib bantu kakak-kakak untuk menyimpan barang-barang ini ke tempat sekretariat ya..!" perintah salah satu panitia.
"baik kak.." jawab kami serempak. 
Setelah itu, kami langsung bergegas mengambil air wudhu lalu menunaikan shalat maghrib di masjid kampus. Selang beberapa menit, kami membantu panitia untuk membereskan dan menyimpan barang-barang itu ke sekretariat.
"Alhamdulillah, akhirnya selesai juga zam, mari kita pulang..!" kata Lana.
"Ayo, sebelumnya kita pamit pulang dulu sama yang lain." Kataku.
"Ayo..!!"
Setelah kami berpamitan kepada panitia dan teman yang lain, aku dan temanku pun langsung pulang ke asrama.
*Asrama
"Lan, malam ini aku gak bakal nginap di asrama, aku harus pulang ke rumah kakakku di Tangerang, dan besok pagi aku harus pulang ke kampung halamanku." Kataku.
"oh begitu, sip deh, jika kau mau pulang berarti penghuni asrama semakin sedikit."
Ya, semua penghuni asrama memang sudah pulang ke rumahnya masing-masing, dikarenakan libur semester.
"kamu memang gak pulang ke rumah Lan.?" Tanyaku.
"tidak zam, aku gak punya ongkos untuk pulang. Mungkin aku akan tinggal di rumah saudaraku di Depok selama liburan semester ini."jawab Lana.
"oke kalau begitu, aku beres-beres dulu ya ke kamar." Kataku.
Beberapa saat kemudian, akhirnya semua barang yang akan ku bawa pulang telah selesai disiapkan, setelah itu aku langsung berpamitan kepada teman-teman asramaku, satpam, dan tak lupa pengasuh asrama, kemudian aku bergegas untuk berangkat.
*Stasiun
Waktu menunjukkan 19.15 WIB aku hendak berangkat ke stasiun Pondok Ranji untuk membeli tiket pulang kereta commuter line arah pemberhentian stasiun Maja. Setelah tiket sudah ada ditangan, aku masuk ke peron, tak lama ada yang memanggil namaku.
"Azam..!!" teriak seseorang
"Iya.. via..? mau pulang..?" tanyaku.
"iya zam, oh iya, hp ku hilang tadi sore sewaktu di mobil" kata via, temanku
"kok bisa vi..?" tanyaku
"iya, aku juga kurang tau, tadi aku ketiduran di mobil, terus pas mau turun, aku gak ingat sama hp, pas aku mau naik angkot, aku baru nyadar kalo hp ku gak ada." Kata via.
"Ya udah vi, gak apa-apa semoga Allah menggantinya dengan yang lebih baik." Kataku.
"Aamiin."
Setelah itu, karena adzan isya telah berkumandang, aku bergegas untuk melaksanakan shalat isya, sambil menunggu kereta tujuanku datang ke stasiun.
Tak perlu menunggu lama, setelah aku menunaikan ibadah shalat isya, kereta tujuan akhir stasiun Maja pun telah tiba dan aku langsung masung ke gerbong keretanya.
Suasana gerbong, tidak terlalu ramai dan tidak terlalu sepi. Tiba-tiba hpku berdering, aku buka hpku ternyata kakakku menelepon.
"Halo.. Assalamu'alaikum.." ucapku
"Wa'alaikumussalaam, azam, kamu jadi pulang kerumah kakak malam ini..?" tanya kakakku
"Jadi kak, sekarang aku lagi di kereta kak.." jawabku
"Oh yaudah, ntar kalau udah tiba di Cikupa, kabarin lagi ya.." pinta kakakku
"Iya kak.."
Stasiun demi stasiun telah dilewati. Karena kondisiku begitu lelah karena aktivitas hari-hari sebelumnya yang begitu extra dan cukup melelahkan, badanku terasa pegal dan lelah sekali, mataku pun sedikit pucat dan mulai layu hingga akhirnya rasa ngantuk pun mulai menyerang saat kondisiku sedang berada ditempat umum ini. Akhirnya dengan kondisi ngantuk, akupun tertidur di bangku kereta. Dan tak disangka stasiun tujuanku yaitu Tenjo telah terlewati. Aku sentak terbangun setelah ada seorang office boy menanyaiku.
"Berhenti di stasiun mana mas..?" tanya salah seorang OB
"Di stasiun Tenjo" jawabku.
"Waduh mas, stasiun Tenjo udah kelewat, sekarang kereta menuju stasiun Cikoya." Kata OB
"Astaghfirullahal'adzim.." lirihku dalam hati
"Ya udah mas, sekarang turun di Cikoya, nanti tunggu kereta lewat kembali yang arah ke Kebayoran, setelah itu turun di Tenjo."
"Iya mas, makasih." Kataku
Suasana dalam gerbong meskipun tidak ramai, tapi orang-orang yang ada disekitarku seperti membicarakan dan mentertawaiku karena ulahku tadi. Dan akhirnya aku turun di stasiun Cikoya, dan menunggu kereta Commuter Line lewat kembali. Hampir satu jam aku menunggu kereta, rasa was-was dan panik seketika muncul dalam pikiranku bercampur aduk dengan keadaanku yang begitu letih. Waktu menunjukkan pukul 22.15 WIB, akhirnya tidak lebih dari satu jam, kereta pun tiba, dan aku bergegas masuk supaya tidak ketinggalan. Didalam kereta aku langsung duduk, dan berjaga-jaga untuk tidak tidur lagi dan mencoba untuk menghilangkan rasa kantuk.
Alhamdulillah, tak lama akhirnya kereta telah tiba di stasiun Tenjo, karena hanya melewati dua stasiun dari stasiun yang aku singgahi tadi. Aku turun dari dalam gerbong kereta, dan langsung cekatan ke tempat penukaran tiket. Setelah itu, aku langsung keluar dari stasiun. Seperti orang yang tidak tau arah dan tujuan, aku kebingungan harus kemana kaki ini dilangkahkan untuk pulang. Aku terus mondar-mandir dan sempat istirahat sebentar disebuah bangku panjang dekat warung milik warga setempat. Angin malam pun mulai bertiup dingin, suasana daerah setempat mulai terasa sepi, hanya ada beberapa orang saja yang masih menjalankan aktivitasnya. Perasaanku pun tak karuan, daripada aku terus-terusan kebingungan, aku akhirnya bertanya kepada seorang bapak-bapak disebuah tempat warung makan.
"Assalamu'alaikum Pak, mau bertanya, kalau arah ke Cikupa itu sebelah mana ya Pak..?" tanyaku
"Wa'alaikumussalaam, kalau ke Cikupa kearah seberang stasiun de, masih lumayan jauh dari sini." Jawab bapak tua
"Kira-kira masih ada angkot gak pak, yang lewat kearah sana..?" tanyaku lagi
"Waduuhh de, kalo angkot gak ada jam segini mah, biasanya ada kendaraan bus yang lewat kearah sana tapi siang, tapi kalau jam segini mah gak ada."
"Oh begitu, makasih ya Pak."
"Sama-sama."
Rasa cape, lelah dan letih pun, aku tahan dulu, dan melanjutkan perjalanan berbalik arah ke seberang stasiun. Disana ada beberapa tukang ojek. Ketika ku hendak meraba kantong celana dan membuka tasku, rasanya semakin miris, uangku ternyata tinggal beberapa rupiah lagi, dan mungkin tidak bakalan cukup untuk membayar ongkos kesana.
"Mau kemana de..?" tanya salah seorang tukang ojek
"Ke Cikupa Pak."
"Ayo, saya antar tapi hanya ke bundaran pertigaan Tigaraksa saja, dari sana kamu naik angkot kearah Cikupa"
"Ongkosnya kira-kira berapa Pak..?"
"40 ribu de.."
Akupun kaget karena uang disaku pun cuma tinggal sedikit lagi.
"Uang saya tinggal sedikit pak, saya bayar setengahnya aja ya pak."
" Ya udah, mari..!!"
"Alhamduliillah, akhirnya malam-malam seperti ini masih ada bapak-bapak yang mau berkenan hati untuk menolong orang." Pikirku
Bapak yang tadi pun mulai menghidupkan motornya, dan kamipun mulai berjalan. Bunyi motorpun menambah suasana dinginnya malam ini, ditambah dengan suasana yang sepi karena berkurangnya warga yang telah selesai menyelesaikan aktivitasnya. Mereka semua sudah masuk kerumahnya masing-masing. Mereka mungkin ada yang sudah tidur, istirahat  karena sudah seharian penuh beraktivitas, atau mungkin ada yang masih bercengkrama dirumahnya sambil menonton tv dan meminum secangkir kopi hangat. Hmm, entahlah… berbeda denganku, malam-malam seperti ini masih berada di perjalanan, masih jauh untuk melepas lelah dan istirahat.
Waktu menunjukkan pukul 22.55 WIB, akhirnya aku tiba ditempat yang telah dibicarakan tukang ojek tadi. Akupun turun dari motornya, dan memberikan ongkos itu kepada bapak itu. Bapak itu pun langsung pamit pulang dan berbalik arah lagi. Kini aku sendiri lagi, dengan kondisi yang sama dari tempat sebelumnya, tinggal hanya beberapa orang saja yang masih bertugas pada malam-malam seperti ini. Kendaraan-kendaraan di jalan raya pun mulai berkurang tinggal hanya beberapa saja yang lewat dan itu pun kendaraan pribadi. Aku melirik kearah depan, akhirnya ada angkoy yang berhenti dipinggir jalan, akupun langsung berlari kearah angkot itu. Setibanya disana, setelah kulihat-lihat ternyata pintu dan jendela angkot ini sudah ditutup, pertanda bahwa angkot ini tidak akan menarik penumpang lagi di malam ini.
Ya Allah… begitu pilunya hati ini, badanku benar-benar mulai lelah lagi. Tapi seakan ada yang membisikkan dalam pikiranku, aku harus kuat, aku harus istirahat dan cepat-cepat pulang kerumah kakakku, kalau kondisiku semakin tidak karuan malam ini, aku akan membuat orang tuaku risau dan khwatir da mempunyai perasaan yang tidak enak karena memikirkan anaknya. Aku pun terpaksa berjalan kaki, menelusuri pinggir-pinggir jalan raya dengan seorang diri. Angin malam terus berhembus dengan rasa dingin membuat badanku terasa menggigil. Tapi itu tak ku hiraukan aku harus berjalan lagi. Langkah demi langkah tak kurasakan hingga akhirnya aku merasakan lelah juga. Tiba disebuah warung, aku ingin membeli minum karena kehausan, aku hendak meraba kantong celanaku, ternyata uangku hanya tinggal uang recehan, aku pun beli minum dan sebuah roti dengan uang itu. Sambil makan roti, aku berjalan lagi, tapi ternyata masih cukup lumayan jauh. Di tengah perjalanan, aku mengambil sebuah handphone dari kantong celanaku ternyata hp sudah mulai low bad. Aku tidak bisa menggunakan hp ini untuk menelepon kakakku. Aku harus mencari tempat atau warung warga yang masih terbuka. Akhirnya selang beberapa menit kemudian, akhirnya diseberang jalan ada sebuah warung makanan yang masih terbuka, dan sepertinya ada tempat untuk meng-cass hpku. Setibanya disana aku langsung bertemu dengan bapak tukang warung itu dan meminta bantuan.
"Assalamu'alaikum, pak boleh minta tolong tidak, saya mau numpang buat ng-cass hp saya disini..?" tanyaku dengan sedikit ragu.
"Wa'alaikumussalaam,, iya silahkan" jawab bapak itu.
"Terimakasih pak"
Sambil memberikan hp dan cass nya kepada bapak itu. Sambil menunggu, hpku terisi lagi baterainya, perutku terasa memanggilku lagi seakan menyuruhku untuk memberikannya jatah makan malam. Tapi, apalah daya, uangku hanya tinggal recehan, aku hanya beli makanan ringan di warung bapak ini untuk mengganjal perutku yang mulai sakit. Aku makan sambil menonton acara tv yang ada di warung bapak itu.
Suasana angin malam yang dingin terus menyelimuti tubuhku. Suara ribut diatas langit seakan menemani suasana malam hari ini. Petir di malam ini pertanda bahwa akan mulai hujan turun. Ternyata memang benar, tetes demi tetes, rintik demi rintik hujan turun membasahi bumi, dan menambah dinginnya malam ini. Aku mulai kedinginan lagi. Kueratkan baju jaketku untuk menyelimuti tubuhku dan aku mulai mengamankan isi tasku dengan menutupinya dengan sebuah pelindung tas dari luar.
Kurang dari setegah jam, aku mencoba untuk mengambil hpku dan mengaktifkannya lagi. Setelah hpku hidup lagi, aku berterimakasih kepada bapak itu, karena telah membantuku untuk bisa menghubungi kakakku. Aku menelepon kakakku dengan sisa pulsa yang ada. Akhirnya hpku bisa tersambung lalu memberikan kondisiku saat ini kepada kakakku.
"Assalamu'alaikum kak..""
"Wa'alaikumussalaam, azam, kamu dimana..?" tanya kakakku langsung menanyakan keberadaanku
"Aku kemalaman kak, tadi gak ada mobil, terus hujan, hpku low bad, sekarang lagi di daerah Tigaraksa dekat Pemerintahan Kota."
"Ya udah, nanti suami kakak akan menjemputmu kesana, tunggu ya.."
"Iya kak.."
Betapa khawatirnya kakakku dengan kondisiku saat ini. Ya memang, semenjak aku belajar di luar kota dan tempat menuntut ilmuku berada lumayan dekat dengan tempat kerja kakakku, aku merasa lebih diperhatikan sama kakakku. Berbeda ketika masih dikampung, aku sangat dekat dengan keluargaku terutama orangtuaku sendiri, sehingga sebelum aku pergi jauh untuk menimba ilmu di negeri orang, aku mencoba tinggal disebuah pondok pesantren tanpa setiap hari bertemu dengan orang tuaku. Makanya saat ini, orang tuaku menintipkanku pada kakakku untuk selalu menegur dan memberikan nasihat serta sedikit materi padaku.
Tak perlu menunggu lama, dengan suasana rintik hujan yang masih setia menemani malam ini, kakak iparku tiba menjemputku dengan sebuah motor pribadinya, dan tak perlu menunggu lama akhirnya akupun naik keatas motor dan kakak iparku langsung menarik gas. Betapa dinginnya angin malam ini, ketikaku berada disebuah motor dengan kondisi kehujanan walupun hujan yang turun hanya tinggal gerimis saja.
Beberapa menit kemudian, akhirnya aku dan kakak iparku tiba di sebuah kontrakkan tempat kakakku tinggal selama ini. Kontrakkan yang berada di daerah sekitar Cikupa. Dan aku pun langsung masuk, dan menaruh barang bawaanku. Dengan perhatiannya, kakakku menyuruhku untuk mengganti pakaianku yang sedikit basah dan berbau keringat. Setelah aku mengganti pakaian, aku disuruh makan. Alhamdulillah, sekarang rasa laparku mulai hilang. Setelah makanku selesai, aku langsung memberekan tempat makanku, dan aku langsung istirahat untuk tidur.
Perjalanan yang cukup melelahkan, dengan kondisi yang sangat memprihatinkan, akhirnya semuanya terbayar malam ini, aku bisa istirahat untuk melepas semua rasa cape, lelah dan letih disebuah kontrakkan kakakku yang begitu cukup nyaman untuk ditempati, walaupun terkadang ada suara gemuruh-gemuruh kecil menggangu kenyamanan didalam kontrakkan yang mana suara itu muncul dari atas atap, ya itulah suara tikus-tikus yang sedang berlarian entah sedang apa yang mereka kerjakan.
Waktu subuhpun tiba, pertanda bahwa istirahatku malam tadi sudah selesai. Aku segera mandi dan mengambil air wudhu dan menunaikan shalat shubuh, setelah itu langsung bergegas membereskan barang-barang bawaanku. Ya, aku hampir lupa, bahwa hari ini aku harus segera pulang ke kampung halamanku, bahwa esok hari, ada sebuah agenda menantiku. Akupun sarapan pagi ditemani oleh kakakku dan suaminya. Setelah santap sarapan pagi selesai, aku langsung berpamitan pulang kepada kakakku dan dia memberikanku bekal untuk diperjalanan. Aku pamit pulang pada kakakku dan akupun diantarkan oleh kakak iparku ke terminal bus dengan kendaraan motor. Setelah tiba diterminal, aku langsung turun dari atas motor, dan menunggu bus tujuan kearah daerah yaitu Bayah. Tak perlu menunggu lama, akhirnya bus itu tiba dan aku langsung masuk dan mengambil tempat duduk yang masih kosong dekat seorang penumpang yang lain serta meletakkan barang bawaaku dengan aman.
Lama perjalanan menuju kampungku sekitar 7-8 jam dengan situasi diperjalanan macet karena hujan deras yang menyebabkan banjir, akhirnya aku sampai disebuah kampung, seperti yang telah disebutkan tadi, kampungku bernama Bayah. Entah berasal dari suku kata apa nama itu, tapi yang pasti aku mengenalnya nama itu pada kondisi alam sekitar dengan beribu keindahan yang ada disekelilingnya. Kampung yang berada dipinggir pantai, ribuan pohon kelapa melengkapi pemandangan eksotis pantai, karang-karang yang indah, ombak pantai yang terus berdeburan, ditambah dengan banyak bukit yang menawarkan keindahannya untuk dipandang orang, swah-swah yang berpetak-petak, sungai yang cukup besar dan terkenal didaerahku, begitupula dengan sumber daya alam didaerahku yang cukup besar. Itulah syurga yang terindah dihidupku, tempat aku dilahirkan dan dibesarkan oleh kampung yang indah ini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar