BAB
I
PENDAHULUAN
1.1.
Latar
Belakang
Seorang
alim bernama Abu Al Qasim Al Nisabury pernah berkata: "Ilmu-ilmu Al Qur'an
yang paling mulia, diantaranya adalah mengenal nuzulnya, tempat dan urutan
(ayat) yang turun di Mekah dan Madinah, ayat yang turun di Mekah hukumnya
Madaniyah, dan ayat yang turunnya di Madinah hikumnya Makkiyah, ayat yang turun
di Mekah tentang penduduk Madinah, ayat yang turun di Madinah tentang penduduk
Mekah, ayat yang turun di Madinah mirip Makkiyah, ayat yang turun di Juhfah,
ayat yang turun di Bait Al Maqdis, ayat yang turun di Thaif, ayat yang turun di
Hudaibiyyah, ayat yang turun di malam hari, ayat yang turun di siang hari, ayat
yang turun disaksikan sejumlah malaikat, ayat yang turun tanpa disaksikan
sejumlah malaikat, ayat-ayat Madaniyah di surah-surah Makkiyah, ayat-ayat
Makkiyah di surah-surah Madaniyah, ayat-ayat yang di bawa dari Mekah ke
Madinah, ayat-ayat yang dibawa dari Madinah ke Mekah, ayat-ayat yang dibawa
dari Madinah ke Habsyah, ayat-ayat yang turun secara global, ayat-ayat yang
turun berikut tafsirnya, dan ayat-ayat yang status kategorinya dipersilisihkan;
sebagian mengatakan Madaniyah dan sebagian lainnya mengatakan Makkiyah" (Dirasat
fi 'Ulum Al-Qur'an, hlm. 56)
Dua
puluh permasalahan yang disebutkan Abu Al-Qasim dalam kalimat yang melelahkan
pembaca diatas memang sangat penting untuk dikuasai oleh mereka yang ingin
mengenal lebih jauh kitab sucinya. Bahkan Dr. Amir Abu Al-Aziz menilai bahwa
orang yang tidak menguasai dan tidak mampu menagkap perbedaan permasalahan yang
diutarakan Al-Qasim di atas tidak halal berbicara mengenai Kitabullah Al-Qur'an
(Dirasat fi 'Ulum Al-Qur'an, hlm. 56).
Begitu
pentingnya arti pengelompokan yang diutarakan Al-Qasim diatas. Pada umumnya,
para pakar 'Ulum Qur'an membahas permasalahan ini dalam suatu maudhu' yang
lazim disebut Maakkiyah dan Madaniyah. Bila tidak menguasainya, banyak faedah
yang tidak dapat dipetik, dan banyak mengalami kesulitan dalam mendalami
Al-Qur'an. Bahkan seseorang yang hendak mengetahui Al-Qur'an tanpa memahami ayat-ayat
Makkiyah dan apa itu ayat-ayat Madaniyah bisa-bisa terjebak ke dalam kesalahan
yang fatal.
Dalam
Makalah ini, penulis menyajikan berbagai hal yang berkenaan dengan masalah
pengelompokkan ayat-ayat atau surat-surat yang tergolong kedalam Makki maupun Madani.
1.2.
Permasalahan
Masalah pengelompokkan
kedalam Makki dan Madani sangatlah luas dan kompleks. Agar pembahasan lebih
terarah, makalah ini akan membahas secara rinci mengenai perihal tersebut.
Supaya tidak timbul kesalahpahaman, perlu kiranya dijelaskan pengertian
berbagai istilah yang digunakan dalam Makalah ini.
1.3.
Tujuan
Dalam
mengelompokkan ayat-ayat atau surat-surat yang termasuk kedalam Makki dan
Madani ini bertujuan untuk mengetahui sejarah hidup Nabi melalui ayat-ayat
Al-Qur'an, sebab turunnya wahyu kepada Rasulullah, untuk dijadikan alat bantu
dalam menafsirkan ayat Al-Qur'an dan tentunya sebagai bahan pelajaran bagi kita
selaku seorang pelajar atau mahasiswa.
1.4.
Pengumpulan
Data
Data yang
dikemukakan dalam Makalah ini diperoleh melalui berbagai cara. Pertama, dengan
membaca dan merangkum dari buku-buku sumber yang ada hubungannya dengan masalah
Makki dan Madani. Kedua, bersumber dari internet guna untuk
melengkapi kurangnya dari buku-buku sumber yang ada.
1.5.
Sistematika
Penulisan
Makalah disusun
dengan urutan sebagai berikut :
Kata Pengantar dalam
pembuka makalah ini dan Daftar isi, untuk mempermudah pembaca dalam mencari
uraian materi di dalam makalah ini.
Bab I Pendahuluan, menjelaskan tentang
latar belakang dari isi makalah, permasalahan, tujuan, metode pengumpulan data,
dan sistematika penulisan.
Bab II Pembahasan, menjelaskan tentang
pengertian Makki dan Madani, faedah mengetahui Makki dan Madani, ciri-ciri
Makki dan Madani, Jumlah surah-surah Makki dan Madani, dan Perbedaan antara
Makki dan Madani.
Bab III Penutup, menjelaskan tentang
kesimpulan dari isi makalah dan saran untuk pembaca dari penulis makalah.
Daftar pustaka
merupakan sumber-sumber atau referensi dari mana uraian materi dalam makalah
ini diambil.
BAB
II
PEMBAHASAN
2.1.
Pengertian
Makki dan Madani
Ta’rif atau definisi surat/ ayat makiyah mencakup tiga unsur yaitu
unsur waktu, unsur tempat dan unsur oknum bahkan ada yang mengatakan ada unsur
yang keempat, yang mudah dilihat oleh setiap orang, yaitu unsur subjek
(maudhu’) Dari unsur waktu turunnya didefinisikan sebagai berikut:
المكى هوماترل قبل الهجرةالرسول ص م وان
كان نزله بغيرمكة
Artinya: Makiyah adalah ayat-ayat yang diturunkan sebelum Rasul
SAW hijrah kemadinah, kendatipun turunnya diluar Mekkah.
Dari unsur tempat turunnya para ulama mendefinisikan sebagai
berikut:
المكى
هوماترل بمكة ورهاكمنى وعرفة وحديبية
Artinya:
Makiyah adalah ayat-ayat yang diturunkan dimekah dan sekitarnya, seperti Mina,
Arafah, dan Hadaibiyah.
Dari unsur oknumnya, para ulama mendefinisikan sebagai berikut:
المكى
هوماكان خطابالاهل مكة
Artinya:
Makiyah adalah ayat-ayat yang menjadi kitab baki orang orang makkah”.
Definisi atau pengertian surat makiyah di kalangan ulama terdapat
beberapa pendapat tentang dasar/kriteria yang dipakai untuk menentukan
madaniyah sesuatu surat atau ayat.
Sebagian ulama menetapkan waktu turunnya surat/ayat sebagai dasar
penentuan madaniyah sehingga mereka mendefinisikan madaniyah sebagai berikut :
Madaniyah adalah ayat-ayat yang diturunkan sesudah Rasulullah
hijrah ke madinah kendatipun bukan turun di madinah ayat-ayat yang turun
setelah peristiwa hijrah disebut madaniyah walaupun turun di makah atau arafah.
Adapula ualma’ yang menerapkan bahwa turunnya ayat-ayat surat sebagai dasar
penentuan madaniyah sehingga mereka mendefinisikan sebagai berikut :
Madaniyah adalah ayat-ayat yang diturunkan dimadinah dan
sekitarnya seperti uhud, quba’, dan sul’a.
Ada pula ulama’ yang menetapkan bahwa oknum atau objek pembicaraan
sebagai dasar penentuan madaniyah sehingga mereka mendefinisikan sebagai
berikut:
Madaniyah adalah yang khitabnya (seruannya) jatuh kepada penduduk
madinah.
Dalam
memahami pengelompokan ayat-ayat Al-Qur'an berdasarkan waktu dan tempat
turunnya, ada tiga definisi (ta'rif) yang sering dikemukakan para pakar di
bidang ini, yaitu :
1.
Makkiyah adalah
ayat-ayat Al-Qur'an yang turun sebelum hijrah dan Madaniyah adalah ayat-ayat
Al-Qur'an yang turun setelah hijrah. Ta'rif ini menetapkan, ayat-ayat yang
turun setelah hijrah, sekalipun itu terjadi di sekitar Mekah tetap di
klasifikasikan ayat Madaniyah.
2.
Makkiyah adalah
ayat-ayat yang turun di Mekah sekalipun turunnya ayat itu setelah hijrah, dan
Madaniyah adalah ayat-ayat yang turun di Madinah.
3.
Makkiyah adalah ayat-ayat yang khithabnya
ditujukan kepada penduduk Mekah, dan Madaniyah adalah ayat-ayat yang khithabnya
ditujukan kepada penduduk Madinah.
Ketiga
definisi diatas pada dasarnya merupakan bagian dari usaha pengklasifikasian
ayat-ayat Al-Qur'an. akan tetapi, untuk menghindari kerancuan, kita lebih suka
memilih definsi pertama.
Dalam
menentukan ayat-ayat makkiyah dan madaniyah, para ulama terbagi menjadi tiga
madzhab yaitu:
1.
Menentukannya
berdasarkan tempat turun ayat. Bila ayat turun di Mekkah dan sekitarnya seperti
Mina, Arafat dan Hudaibiyah, sekalipun turun setelah hijrah dinamakan ayat
Makkiyah. Sebaliknya, jika ayat turun di Madinah dan sekitarnya seperti Uhud,
dan Sial' maka ia disebut ayat Madaniyah.
Pendapat
pertama ini memiliki kelemahan antara lain tidak bisa menampung ayat-ayat yang
diturunkan ketika Nabi Saw. melakukan perjalanan keluar wilayah Makkah dan
Madinah. Berdasarakan definisi ini, maka ayat-ayat yang siturunkan di luar
daerah Makkah dan Madinah tidak bisa dikategorikan sebagai ayat makkiyah
ataupun madaniyah.
2.
Menentukannya
berdasarkan khithab (objek penerima) ayat. Bila ayat ditujukan kepada penduduk
Makkah, baik turun di Makkah atau di Madinah, baik sebelum atau sesudah hijrah,
ia disebut ayat makkiyah. Sebaliknya, jika ayat tersebut ditujukan kepada
penduduk Madinah, baik turun di Makkah atau Madinah, baik sebelum atau sesudah
hijrah, ia tetap disebut ayat Madaniyah.
Definisi
yang disampaikan madzhab keduaini semakin tidak komprehensif sebab definisi ini
hanya mencakup pada objek penerima ayat yang terpaku pada dua wilayah saja
yaitu ahli Makkah dan Madinah, padahal sebagaimana diketahui, ayat-ayat
al-Qur'an tidak saja diturnkan kepada ahli Makkah dan Madinah tapi banyak ayat
yang diturunkan kepada selain mereka.
3.
Menentukannya
berdasarkan waktu sebelum dan sesudah hijrah. Jika ayat yang turun sebelum
hijrah, maka disebut ayat Makkiyah. Sebaliknya, jika ayat turun sesudah hijrah,
maka disebut ayat Madaniyah.[1]
Pendapat
ketiga ini terlihat paling komprehensif dan sempurna (jami' dan mani')
karena ia mencakup semua definisi yang diungkapkan madzhab pertam dan kedua.
Ketika term makkiyah didefinisikan dengan ayat-ayat yang turun sebelum hijrah
maka semua ayat yang diturunkan baik di dan kepada ahli Makkah, Madinah atau
lainnya akan tercakup didalamnya. Begitu pula sebaliknya, ketika term Madaniyah
didefinsikan sebagai ayat-ayat yang turun pasca hijrah maka semua ayat yang
diturunkan di dan kepada ahli Makkah, Madinah atau lainnya akan terengkuh di
dalamnya.
Berdasarakan
definisi ini maka jumhur menggolongkan ayat berikut
(الأية
… اليوم أكملت لكم دينكم)
misalnya
sebagai ayat madaniyah, kendati ia diturunkan di Arafah (Makkah), sebab ia
turun pasca hijrah. Pendapat ketiga ini kemudian dipilih oleh jumhur ulama
sebagai pendapat yang paling rajih sebagai definisi ayat makkiyah dan
madaniyah.[2]
Berdasarkan
definisi yang ketiga ini pula ulama kemudian menyimpulkan bahwa surah madaniyah
berjumlah 29 surah dan sisanya adalah surah makkiyah. Kendati demikian,
terkadang dalam surah yang dikategorikan madaniyah terdapat ayat-ayat makkiyah.
Sebaliknya, di dalam surah yang dikategorikan sebagai surah makkiyah juga
terdapat ayat-ayat madaniyah. Hal itu terjadi karena kategorisasi surah
makkiyah dan madaniyah dilihat dari dua cara: pertama, dilihat dari
permulaan ayat yang muncul dalam sebuah surah, jika permulaan ayat yang muncul
makkiyah maka surahnya dikategorikan makkiyah begitu pula sebalinya. Kedua, dilihat
dari jumlah mayoritas ayat yang terkandung di dalamnya, bila mayoritas ayat
yang terkandung dalam sebuah surah madaniyah maka surah tersebut disebut
madaniyah, begitu pula sebaliknya.[3]
2.2.
Faedah
mengetahui Makki dan Madani
Ada
tiga faedah mengenai Makkiyah bdan Madaniyah, yaitu :
Pertama,
mengetahui ayat-ayat mana saja yang nasikh dan ayat-ayat mana saja yang mansukh
bila terlihat adanya dua ayat yang berbeda pesan.
Kedua,
bahwa makna dan pesan yang dikandung ayat tertentu sering kali berkaitan dengan
sebab tertentu pada kasus dan tempat kejadian tertentu pula. Dengan adanya
klasifikasi ini, usaha memahami ayat Al-Qur'an secara benar akan sangat
terbantu dan kekeliruan akan dapat ditekan sekecil mungkin.
Ketiga,
bahwa kehidupan Rasulullah SAW. adalah uswah hasanah, suri teladan bagi setiap
mukmin. Dengan melihat ayat-ayat yang turun di Mekah dan Madinah, akan
diketahui pendekatan pembinaan pribadi maupun masyarakat mukmin yang dilakukan
Al-Qur'an (masyarakat Mekah adalah masyarakat yang berbeda dengan Madinah, dan
kondisi umat maupun kalangan bukan Muslim setelah Rasulullah SAW. hijrah ke Madinah berbeda dengan keadaannya ketika sebelum
Rasulullah SAW. hijrah, last but not least, karakter penduduk Mekah berbeda
dengan penduduk Madinah).
Adapun
manfaat mengetahui makkiyah dan madaniyah, yaitu:
1.
Untuk mengetahui
ayat yang turun terlebih dahulu dan yang turun belakangan, sehingga dapat
menentukan ayat nasikh dan mansukh. Seperti bila ada dua ayat yang berbeda
dalam menentukan suatu hukum, sementara diketahui bahwa yang satu termasuk ayat
makkiyah dan yang lain termasuk ayat madaniyah. Maka dapat disimpulkan bahwa
ayat madaniyah menghapus hukum ayat makkiyah, karena ayat madaniyah datang
belakangan.
2.
Untuk mengetahui
sejarah penurunan dan proses pentahapan suatu hukum dari satu situasi ke
situasi yang lain. Karena setiap kaum mempunyai bahasa dan karakteristik
kejiwaan yang berbeda-beda, maka penerpan hukum harus memerhatikan situasi
kondisi mereka.
3.
Untuk
mengukuhkan keautentikan Al-Qur'an, dan untuk mengukuhkan sampainya Al-Qur'an
kepada kita dengan selamat tanpa mengalami perubahan dan pemalsuan.
Kategorisasi makkiyah dan madaniyah ini juga menunjukkan perhatian yang serius
dari kaum muslimin, sehingga mereka mengetahui ayat yang turun sebelum hijrah
dan sesudahnya, turun pada saat tidak beperegian dan pada saat bepergian, turun
pada waktu siang dan malam, turun pada wajtu panas dan pada waktu dingin, turun
di langit dan turun di bumi. Perhatian kaum muslimin yang sangat serius terhadap
Al-Qur'an ini menjadikan musuh-musuh Islam berpikir berulang kali sebelum
melakukan serangan/celaan terhadap Al-Qur'an atau terhadap Islam.[4]
Dalam
sumber lain diketahui bahwa faedah mengetahui Makki dan Madani yaitu:
1.
Untuk dijadikan
alat bantu dalam menafsirkan Al-Qur'an, sebab pengetahuan mengenai tempat turun
ayat dapat membantu memahami ayat tersebut dan menfsirkannya dengan tafsiran
yang benar, sekalipun yang menjadi pegangan adalah pengertian umum lafadz,
bukan sebab yang khusus. Berdasarkan hal itu seorang penafsir dapat membedakan
ayat yang nasikh dengan yang mansukh bila di antara kedua ayat terdapat makna
yang kontradiktif. Yang datang kemudian tentu merupakan nasikh atas yang
terdahulu.
2.
Meresapi gaya
bahasa Al-Qur'an dan memanfaatkannya dalam metode berdakwah menuju jalan Allah,
sebab setiap situasi mempunyai bahasa tersendiri. Memperhatikan apa yang
dikehendaki oleh situasi, merupakan arti paling khusus dalam ilmu retorika.
Karakteristik gaya bahasa Makki dan Madani dalam Al-Qur'an pun memberikan
kepada orang yang mempelajarinya sebuah metode dalam penyampaian dakwah ke
jalan Allah yang sesuai dengan kejiawaan lawan berbicara dan menguasai pikiran
perasaannya dan mengatasi apa yang ada dalam dirinya dengan penuh
kebijaksanaan. Setiap tahapan dakwah mempunyai topik dan pola penyampaian
tersendiri. Pola penyampaian itu berbeda-beda, sesuai dengan perbedaan tata
cara, keyakinan dan kondisi lingkungan. Hal yang demikian nampak jelas dalam
berbagai cara Al-Qur'an dalam menyeru berbagai golongan: orang yang beriman,
orang yang musyrik, orang yang munafik dan ahli kitab.
3.
Mengetahui
sejarah hidup Nabi melalui ayat-ayat Al-Qur'an, sebab turunnya wahyu kepada
Rasulullah sejalan dengan sejarah dakwah dengan segala peristiwanya, baik pada
periode Mekah maupun periode Madinah, sejak permulaan turun wahyu hingga ayat
terakhir diturunkan. Al-Qur'an adalah sumber pokok bagi peri hidup Rasulullah.
Peri hidup beliau yang diriwayatkan ahli sejarah harus sesuai dengan Al-Qur'an;
dan Al-Qur'an pun memberikan kata putus terhadap perbedaan riwayat yang mereka
riwayatkan.
2.3.
Ciri-Ciri
Makki dan Madani
Para
ulama menyimpulkan bahwa hanya ada dua cara untuk mengetahui ayat-ayat makkiyah
dan madaniyah, yaitu dengan cara sima' (mendengar riwayat dari sahabat
dan tabi'in) dan qiyas (analogi).[5] Adapun
ciri-cirnya sebagai berikut:
1.
Yang dimaksud
dengan sima' adalah riwayat yang dibukil dari Nabi Saw. dan sahabat yang
melihat proses penurunan Al-Qur'an. cara seperti ini menjadi perhatian yang
cukup serius dari generasi sahabat dan tabi'in. buktinya, banyak riwayat
sahabat yang menyebutkan proses penurunan ayat atau surah.[6]
Imam
Bukhari dan Muslim misalnnya, telah melansir sebuah riwayat dari Abdullah bin
Mas'ud, dia berkata: "Demi Dzat yang tiada Tuhan selain-Nya, tidak ada
satu surat pun yang tidak saya ketahui proses penurunannya, dan tidak ada satu
ayat pun yang tidak saya ketahui dalam konteks apa yang ia turunkan…"
(H.R. Bukhari dan Muslim)[7]
Ayyub
Asy-Syakhtiyani juga meriwayatkan, ada seseorang bertanya kepada Ikrimah
tentang satu ayat Al-Qur'an, Ikrimah menjawab: "Ayat tersebut
diturunkan di lereng gunung itu (Ikrimah sambil memberi isyarat ke gunung
sila')." (H.R. Abu Nu'aim)[8]
2.
Dengan cara qiyas.
Yang dimaksud dengan qiyas ini adalah ciri-ciri umum yang mendominasi
ayat-ayat makkiyah dan madaniyah. Untuk menentukan ciri-ciri tersebut para ulam
menganalisisnya melalui penelitian induktif (istiqra'). Cara kedua ini
biasa dilakukan ulama klasik. Di antara ciri-ciri tersebut adalah sebagai
berikut:
a.
Ciri-ciri ayat
makkiyah adalah:
1)
Setiap surah
yang terdapat kata كلا .
2)
Setiap surah
yang mengandung kata سجدة
.
3)
Setiap surah
yang dibuka dengan huruf hijaiyah.
4)
Setiap surah
yang terdapat cerita Adam dan iblis, kecuali surah Al-Baqarah karena ia
termasuk surah Madaniyah.
5)
Setiap surah
yang terdapat kata .
يا بني أدم
6)
Surah yang
didalamnya terdapat cerita para Nabi dan umat terdahulu kecuali surah
Al-Baqarah.
7)
Setiap surah
yang terdapat kata يا يها الناس kecuali surah Al-Baqarah ayat 21 dan 168
dan surah An-Nisa' ayat 1, 133, 170, dan 174.
8)
Ayat-ayat pendek
walaupun ada juga yang disebut Madaniyah seperti surah An-Nashr.
9)
Mengajak untuk
beriman kepada Allah dan mengesakannya, iman kepada risalah Nabi Saw. dan para
nabi sebelumnya, iman kepada para Malaikat, iman kepada kitab-kitab Allah, iman
kepada hari akhir, hari kebangkitan, hari pembalasan, nikmat dan siksaan-Nya.
10)
Surah yang
bercerita tentang kebiasaan orang kafir yang ingkar, mengubur anak perempuan
secara hidup-hidup, pemakan harta anak yatim secara batil, pemakan riba,
peminum khamr.
11)
Anjuran terhadap
orang Arab untuk menghiasi diri dengan pokok-pokok kebaikan, sepertijujur dalam
perkataan, sabar, amanah, adail, pergaulan yang baik pada kedua orang tua,
tawadu, ilmu, ikhlas, cinta pada orang lain, hati yang bersih, lidahnya bersih,
amar ma'ruf, nahi mungkar dan perbuatan baik lainnya.
b.
Ciri-ciri ayat
madaniyah yaitu:
1)
Setiap surah
yang mengandung kata يا
أيهاالذين أمنوا .
2)
Ayat-ayatnya
panjang.
3)
Terdapat ajakan
kepada ahli kitab seperti kaum Yahudi dan nasrani dibawah Panji Islam.
Memberikan bukti-bukti kesesatan akidah mereka.
4)
Terdapat izin
untuk berjihad.
5)
Terdapat
kaidah-kaidah hukum secara rinci seperti Ibadah, muamalat faridh, pidana,
perdata, kriminal, perang, sosial, perkawinan, peratauran keluarga, dan
laianlain-lainnya.
6)
Berbicara
tentang kondisi orang munafik dan sikap dia terhadap dakwah Nabi Muhammad Saw.[9]
Ada
suatu hal yang perlu diingat, bahwa surah Makkiyah maupun surah Madaniyah tidak
selalu bermuatan ayat-ayat Makkiyah dan Madaniyah. Bisa jadi di dalam surah
yang diklasifikasikan Makkiyah terdapat ayat-ayat Madaniyah. Demikian pula
sebaliknya. Misalnya, Surah Al-Baqarah. Surah ini diklasifikasikan sebagai
surah Madaniyah, tetapi pada surah tersebut terdapat kalimat يايّهاالنّاس
(hai sekalian manusia…) yang menjadi dawabith ayat-ayat Makkiyah. Demikian pula
pada surah yang diklasifikasikan Makkiyah. Misalnya Surah Al-Hajj. Disana
terdapat kalimat yang menjadi ciri surah Madaniyah, yaitu kalimat يايّهاالّذين
امنوا (hai orang-orang yang beriman).
Isyarat-isyarat
atau ciri-ciri yang lazim disebut dhawabith, baik itu pada Madaniyah maupun
pada Makkiyah, bukanlah sesuatu yang pasti. Ketetapan itu diambil berdasarkan
taghlib, yakni kebanyakn atau kebiasaan. (Dirasat fi 'Ulum Al-Qur'an, hlm. 62).
Pengelompokan surah-surah Al-Qur'an sebagai berikut:
1.
Surah Makkiyah
yang keseluruhan ayat-ayatnya Makkiyah. Misalnya surah Al-Muddatstsir. Juga
surah Madaniyah yang keseluruhan ayatnya Madaniyah pula. Misalnya surah Ali
'Imran.
2.
Surah Makkiyah
yang sebagian besar ayat-ayatnya Makkiyah, kecuali beberapa ayat lainnya yang
Madaniyah. Misalnya surah Al-A'raf. Hampir keseluruhan ayat dalam surah ini
adalah Makkiyah, kecuali ayat 163 sampai dengan ayat 171.
3.
Surah Madaniyah
yang hampir keseluruhan ayatnya
Madaniyah, kecuali beberapa ayat.
Misalnya, surah Al-Hajj yang keseluruhan ayatnya Madaniyah, kecuali
empat ayatnya yang Makkiyah, yaitu ayat 52 sampai dengan ayat 55.
2.4.
Jumlah
Surah-Surah Makki dan Madaani
1.
Surah-surah yang
turun di Mekkah
Imam
Badruddin Muhammad bin Abdullah Al-Zarkasyi dalam kitabnya berjudul Al-Burhan
fi'Ulum Al-Qur'an menulis bahwa surah-surah yang turun di Mekkah berjumlah 83
buah. Angka ini berbeda dengan yang disodorkan Ibnu Jarih dalam Al-Fihrist.
Tokoh yang disebut terakhir ini meriwayatkan dengan sumber dari 'Atha' dari
Ibnu Abbas, sebagai berikut: "Surah yang turun di Mekkah berjumlah 85 buah
dan yang turun di Madinah 28 buah.
Berikut
ini adalah kronologi turunnya ayat-ayat Al-Qur'an di Mekkah menurut kitab
AlFihrist yang diambil dari buku Wawasan Baru Tarikh Al-Qur'an karya Syekh Abu
Abdulah Al-Zanjani.
1)
Iqra' s.d. Maa
lam ya'lam (Al-'Alaq)
2)
Nun wa Al-Qalam
3)
Ya ayyuhal
Muzammil
4)
Al-Muddatstsir
5)
Tabbat (surah
Al-Lahab) menurut riwayat Mujahid.
6)
Idzasy Syamsu
Kuwwirat (At-Takwir)
7)
Sabbih isma
Rabbika (Al-'Ala)
8)
Alam Nasyrah
(Al-Insyirah)
9)
Al 'Ashar
10)
Al Fajr
11)
Wad-Dhuha
12)
Wal-Laili
13)
Wal 'Adiyat
14)
Inna A'thainaka
(Al Kautsar)
15)
Alhakumut
Takatsur (At-Takatsur)
16)
Araaital ladzi
yukazdzibu bid Din (Al-Ma'un)
17)
Qul ya ayyuhal
Kafirun (Al-Kafirun).
18)
Alam tara kayfa
(Al Fiil
19)
Qul Huwallahu
ahad (Al Ikhlas)
20)
Qul a'udzu bi Rabbil Falaq (Al Falaq)
21)
Qul a'udzu bi
Rabbin Naas (An Nas)
22)
Wan Najm (An
Najm)
23)
'Abasa
24)
Inna anzalnahu
(Al Qadr)
25)
Wasy Syamsi
(Asy-Syams)
26)
Was sama'I zatil
Buruj (Al Buruj)
27)
Wat Tiin
(At-Tiin)
28)
Li ilafi
Qurasyin (Quraisy)
29)
Al-Qari'ah
30)
Laa uqsimu bi
yaumil Qiyamah
31)
Al Humazah
32)
Al Mursalat
33)
Qaf wa Al-Qur'an
34)
La uqshimu bi
hadza Al-Balad (Al-Balad)
35)
Ar-Rahman
36)
Qul Uhiya
(Al-Jin)
37)
Yasin
38)
Alif Lam Mim
Shad
39)
Al-Furqan
40)
Al-Malaikah
41)
Alhamdulillahi
fathiri Al-samawat (Fathir)
42)
Maryam
43)
Thaha
44)
Idza waqa'at
(Al-Waqi'ah)
45)
Tha Sin Mim
(Asy-Syu'ara')
46)
Tha Sin
47)
Tha Sin Mim
(Al-Akhirah)
48)
Bani Israil
49)
Hud
50)
Yusuf
51)
Yunus
52)
Al-Hijr
53)
Ash-Shaffat
54)
Luqman (ayat
akhirnya Madaniyah)
55)
Qad Aflaha
Al-Mu'minun (Al-Mu'minun)
56)
Saba'
57)
Al-Anbiya
58)
Az-Zumar
59)
Ha Mim
(Al-Mu'min)
60)
As-Sajdah
61)
Ha Mim 'Ain Sin
Qaf
62)
Az-Zukhruf
63)
Ha Mim
(Ad-Dukhan)
64)
Ha Mim
Asy-Syari'ah
65)
Ha Mim Al-Ahqaf
(padanya terdapat beberapa ayat Madaniyah)
66)
Adz-Dzariyat
67)
Hal Ataka
Haditsu Al-Ghasyiyah
68)
Al-Kahfi
(ujungnya Madaniyah)
69)
Al-An'am
70)
An-Nahl (Ayat
terakhirnya Madaniyah)
71)
Nuh
72)
Ibrahim
73)
As-Sajdah (Alif
Lam Mim Sajdah)
74)
At-Thur
75)
Tabaraka alladzi
bi yadihi (Al-Mulk)
76)
Al-Haqqah
77)
Sa'ala Sailun
78)
Amma yatasaalun
(An-Naba')
79)
An-Nazi'at
80)
Al-Infithar
81)
Al-Insyiqaq
82)
Ar-Rum
83)
Al-'Ankabut
84)
Al-Muthaffifin
85)
Iqtarabat
As-Sa'ah
86)
At-Thariq
87)
, 88, dan 89.
Berdasarkan sumber Ats-Tsauriy, dari Firas, dari Asy-Sya'biy berkata:
"Surah An-Nahl turun di Mekah, kecuali ayat Wa in 'aqabtum fa 'aqibu bi
mitsli ma 'uqibtum bihi.
2.
Surah-Surah yang
Turun di Madinah
1)
Al-Baqarah
2)
Al-Anfal`
3)
Al-'Araf
4)
Ali 'Imran
5)
Al-Mumtahanah
6)
An-Nisa'
7)
Idza Zulzilat
Al-Ardh
8)
Al-Hadid
9)
Alladzina kafaru
10)
Ar-Ra'd
11)
Hal ata 'ala
Al-Insan
12)
Ya ayyuha
An-Nabiyyu idza thallaqtum An-Nisa
13)
Lam Yakun
Alladzina kafaru
14)
Al-Hasyr
15)
Idza ja'a
Nashrullah
16)
An-Nur
17)
Al-Hajj
18)
Al-Munafiqun
19)
Al-Mujadalah
20)
Al-Hujurat
21)
Ya ayyuha
An-Nabiyu lima tuharrimu (At-Tahrim)
22)
Al-Jumu'ah
23)
At-Taghabun
24)
Al-Hawariyun
25)
Al-Fath
26)
Al-Ma'idah
27)
At-Taubah
28)
Al-Mu'awwizatain
(Al-Falaq dan An-Nas)
3.
Ayat-Ayat yang
Turun di Mekah dan Hukumnya Madaniyah
1)
Ayat 13 surah
Al-Hujurat. Turun pada waktu Fathu Makkah. Ayat ini dinyatakan Madaniyah karena
turun sesudah hijrah.
2)
Ayat 3-5 surah
Al-Ma'idah. Turun pada hari jum'at. Kala itu umat islam tengah wukuf di Padang
Arafah dalam peristiwa Haji Wada'. Haji ini dilaksanakan Rasulullah Saw.
setelah beliau berhijrah. Maka ketiga ayat tersebut, diklasifikasikan sebagai
ayat-ayat Madaniyah kendati pun turun di Arafah dan seperti diketahui Arafah
adalah kawasan di sekitar Mekkah.
4.
Ayat-Ayat yang
Turun di Madinah dan Hukumnya Makkiyah
1)
Al-Mumtahanah
Surah
Al-Mumtahanah turun ketika Rasulullah hendak berangkat menuju Mekah menjelah
Fathu Mekah. Ini terjadi setelah hijrah. Kisahnya sebagai berikut: Mengetahui
Rasulullah Saw. hendak berangkat ke Mekah, seorang bernama Hattab bin Abi
Balta'ah menulis surah untuk disampaikan kepada orang Qura'sy di Mekah, isinya,
menginformasikan rencana Rasulullah Saw. dan kaum muslimin yang akan berangkat
ke kota yang disebut paling terakhir.
Entah mengapa Al-Zarkasyi
mengklasifikasikan ayat-ayat ini sebagai Makkiyah. Ia tak menjelaskan
alasannya. Ada kemungkinan, penulis kitab Al-Burhan fi 'Ulum Al-Qur'an
ini sepakat dengan pendapat yang mengatakan ayat Makkiyah adalah ayat-ayat yang
khithabnya ditjukan kepada penduduk Mekah.
2)
Ayat 41 surah
An-Nahl
Bila
melihat kasus ayat 41 surah An-Nahl, tampaknya kemungkinan itu benar, sebab
Al-Zarkasyi juga memasukkan ayat yang turun setelah hijrah ini sebagai ayat
Madaniyah yang hukumnya Makkiyah, oleh karena khithabnya ditujukan kepada Ahlu
Mekah.
3)
Awal surah
At-Taubah sampai dengan ayat 28. Ayat-ayat ini sesungguhnya Madaniyah, tetapi
khithabnya ditujukan kepada penduduk Mekah (Al-Burhan fi 'Ulum Al-Qur'an, jilid
1, hlm. 196)
5.
Makkiyah Mirip
Madaniyah
Pada
pembahasan terdahulu disinggung kasus ayat 32 surah An-Najm. Di sana ada kata كبئر
yang statusnya bisa jadi membingungkan banyak orang karena hampir sama ulama
mendefinisikannya sebagai: "Pelanggaran hukum yang mengakibatkan
had". Padahal sebelum Rasulullah Saw. meninggalkan Mekah menuju Madinah
untuk berhijrah, hukuman itu belum dikenal. Ayat-ayat seperti inilah yang
disebut Makkiyah mirip Madaniyah. Al-Zarkasyi memasukkan ayat 114 surah Hud
kedalam kategori ayat jenis ini. Ayat itu, kata Al-Zarkasyi, turun sehubungan
dengan Abu Muqabbal Al-Husain Umar bin Qais dan seorang wanita yang membeli
kurma kepadanya.
6.
Madaniyah Mirip
Makkiyah
Di
dalam kitab Al-Burhan fi 'Ulum Al-Qur'an, hanya ada tiga ayat Madaniyah
yang mirip Makkiyah, yaitu:
a.
Ayat 17 surah
Al-Anbiya', yang turun sehubungan dengan kedatangan delegasi kaum Nasrani
Najran.
b.
Ayat 1 surah
Al-'Adiyat.
c.
Ayat 32 surah
Al-Anfal.
Selain itu, terdapat
ayat-ayat yang turun di beberapa tempat. Di Al-Juhfah, turun ayat 85 surah
Al-Qashash; di Bait Al-Maqdis, Palestina, turun ayat 45 surah Az-Zukhruf; di
Thaif, turun ayat 45 surah Al-Furqan dan ayat 22, 23, dan 24 surah Al-Insyiqaq;
dan di Hudaibiyah, turun ayat 30 surah Ar-Ra'd.
7.
Ayat-Ayat yang
Turun pada Malam Hari
Di
dalam kitab Al-Burhan fi 'Ulum Al-Qur'an yang ditulis oleh Al-Zarkasyi,
hanya ada tiga buah ayat yang turun pada malam hari, yaitu:
a.
Ayat 1 surah
Al-Hajj. Ayat ini turun ketika terjadi peperangan Bani Al-Mushthaliq;
b.
Ayat 67 surah
Al-Ma'idah;
c.
Ayat 56 surah
Al-Qashash.
Selain
itu, Amir Abdul Aziz menambahkan beberapa ayat lagi yang turun pada waktu
malam, yaitu:
a.
Ayat 190 s.d.
akhir surah Ali 'Imran, yang berarti keseluruhannya berjumlah 10 ayat.
Diriwayatkan, bahwa suatu malam Bilal hendak mengumandangkan adzan subuh.
Sebelum itu ia mndapati Rasulullah Saw. tengah menangis. Bilal langsung
menanyakan, apa gerangan yang telah membuata Rasulullah menangis? Rasulullah
Saw. menjawab: "Apa yang menghalangiku untuk menangis? Baru saja
diturunkan kepadaku malam ini…" (Rasulullah Saw. lalu membacakan ayat 90
surah Ali Imran sampai dengan akhir surat itu). Usai membacakan ayat-ayat yang
baru saja beliau terima, Rasulullah kemudian mengatakan kepada Bilal:
"Celakalah bagi orang yang membacanya, tetapi tidak memikirkannya".
b.
Surah Al-An'am.
Diriwayatkan dari Ibnu Abbas, berkata: "Suraj Al-An'am turun di Mekah
sekaligus pada malam hari, dikawal seribu malaikat dengan mengumandangkan
tasbih.
c.
Surah Maryam.
Diriwayatkan dari Abu Maryam Al-Ghassaniy, berkata: "Aku pernah mendatangi
Rasulullah Saw., lalu kukatakan, aku punya tetangga yang malam ini melahirkan
bayi wanita, beliau (Rasulullah Saw.) lalu mengatakan, "Malam ini
diturunkan kepadaku surah Maryam, berilah dia nama Maryam".
8.
Ayat-Ayat yang
Turun pada Musim Dingin
a.
'Aisyah, menurut
catatan kitab Dirasat fi 'Ulum Al-Qur'an, pernah mengatakan bahwa ayat
11 surah An-Nur yang sabab nuzulnya berkaitan dengan dirinya diturunkan pada
musim dingin.
b.
Ayat 9 surah
Al-Ahzab. Khudzaifah meriwayatkan, pada malam Al-Ahzab, orang-orang berpencar
dengan Rasulullah Saw., kecuali dengan 12 orang. Rasulullah Saw. datang dan
mengatakan kepada mereka, "Bangkitlah dan berangkatlah ke kamp
Al-Ahzab."
قُلْتُ يَا رَسُوْلَ
اللهِ وَالَّذِيْ بَعَثَكَ بِالْحَقِّ مَا قُمْتُ لَكَ إِلَّا حَيَاءً مِنَ
الْبَرْدِ .
Kutanyakan:
"Wahai Rasulullah, demi zat yang telah mengutusmu dengan benar, apa yang
kulakukan untukmu kecuali karena takut kedinginan."
Lalu
turunlah ayat 9 surah Al-Ahzab dan ayat yang sesudahnya.
9.
Ayat-Ayat yang
Turun di Perjalanan
a.
Ayat 281 surah
Al-Baqarah, turun di mina pada tahun terjadinya Haji Wada'.
b.
Ayat 58 surah
An-Nisa'. Ayat ini turun kepada Nabi Muhammad Saw. pada hari futuh saat beliau
berada di Ka'bah.
c.
Ayat 176 surah
An-Nisa'.
d.
Ayat 3 surah
Al-Maidah, turun di Arafah pada waktu Haji Wada'.
10.
Ayat-Ayat yang
Turun Musyayya'
Musyayya'
artinya diiringi, dikawal dan diantar. Ada beberapa ayat Al-Qur'an yang ketika
turun dikawal sejumlah malaikat sebagai penghormatan. Ayat-ayat yang ketika
turun diperlakukanj seperti itu disebut, "ayat musyayya'". ayat-ayat
atau surah-surah tersebut adalah:
a.
Al-Fatihah.
Surah ini ketika turun dikawal 30.000 malaikat.
b.
Ayat Kursiy,
ketika turun dikawal 30.000 malaikat.
c.
Surah Yunus.
Surah ini ketika turun dikawal 70.000 malaikat.
d.
Surah Al-An'am.
Dikawal 20.000 malaikat.
e.
Ayat 45 surah
Az-Zukhruf, turun dikawal 20.000 malaikat.
Tentang
riwayat pengawalan oleh 70.000 malaikat ketika turun surah Yunus yang merujuk
pada apa yang disebut Abu 'Amar bin Shalah dalam fatwanya dengan sumber dari
Ubai bin Ka'ab, oleh Al-Zarkasyi dinilai berisnad lemah. Kebanyakan ayat
Al-Qur'an dibawa Jibril sendiri tanpa pengawalan, demikian menurut Al-Zarkasyi.
Menurut
Syekh Muhammad Al-Khudri Bek, Al-Qur'an yang diturunkan di Mekkah kira-kira
19/30, sedangkan yang diturunkan di Madinah kira-kira 11/30, atau tepatnya
surat-surat yang diturunkan di Meekkah sebanyak 86 surat, dan yang diturunkan
di Madinah sebanyak 28 surat.[10] Maising-masing
kelompok surat Makkiyah dan Madaniyah itu secara rinci dapat dilihat dari
daftar berikut:
2.5.
Perbedaan
Makki dan Madani
Untuk
membedakan Makki dan Madani, para ulam mempunyai tiga macam pandangan yang
masing-masing mempunyai dasarnya sendiri.
Pertama:
Dari segi waktu turunnya. Makki adalah yang
diturunkan sebelum hijrah meskipun bukan di Mekah. Madani adalah yang
diturunkan sesudah hijrah sekalipun bukan di Madinah. Yang diturunkan sesudah
hijrah sesudah hijrah sekalipun di Mekah atau Arafah adalah Madani, seperti yang
diturunkan pada penaklukkan kota Mekah, misalnya firman Allah:
إن
الله يأمركم أن تؤدوا الأمانات إلى أهلها. - النساء : 58-
"Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat
kepada yang berhak…" (An-Nisa' [4]:58).
Ayat
ini diturunkan di Mekah, dalam ka'bah pada tahun penaklukkan kota Mekah; atau
yang diturunkan pada haji Wada', seperti firman Allah:
اليوم
أكملت لكم دينكم و اتممت عليكم نعمتي ورضيت لكم الإسلام دينا. – المائدة:3–
"Hari ini telah Kusempurnakan untukmu agamamu, telah
Kucukupkan kepadamu nikmat-Ku dan telah Ku-ridai Islam menjadi agama
bagimu." (Al-Ma'idah [5]:3)[11]
Pendapat
ini lebih baik dari kedua pendapat berikut, karena ia lebih memberikan
kepastian dan konsisten.
Kedua:
Dari
segi tempat turunnya. Makki ialah yang turun di Mekkah dan sekitarnya, seperti
Mina, Arafah dan Hudaibiyah. Dan Madni ialah yang turun di Madinah dan
sekitarnya, seperti Uhud, Quba, dan Sil'. Pendapat ini mengakibatkan tidak
adanya pembagian secara konkrit yang mendua, sebab yang turun dalam perjalanan,
di Tabuk atau di Baitul Makdis tidak termasuk ke dalam salah satu bagiannya,[12] sehingga ia
tidak dinamakan Makki dan tidak juga Madani. Juga mengakibatkan bahwa yang
diturunkan di Mekah sesudah hijrah disebut Makki.
Ketiga:
Dari
segi sasarannya. Makki adalah yang seruannya ditujukan kepada penduduk Mekah
dan Madani adalah yang seruannya ditujukan kepada penduduk Madinah. Berdasarkan
pendapat ini, para pendukungnya menyatakan bahwa ayat Al-Qur'an yang mengandung
seruan yaa ayyuhan naas (wahai manusia) adalah Makki; sedang ayat yang
mengandung seruan yaa ayyuhal ladziina aamanuu (wahai orang-orang yang
beriman) adalah Madani.
Namun
melalui pengamatan cermat, nampak bagi kita bahwa kebanyaknan surah Al-Qur'an
tidak selalu di buka dengan salah satu seruan itu. Dan ketentuan demikian pun
tidak konsisten. Misalnya, surah Al-Baqarah itu Madani, tetapi didalamnya
terdapat ayat yaa ayyuhan naas dalam ayat 21 dan 168 serta surah An-Nisa itu
Madani, tetapi permulaannya "yaa ayyuhan naas." Surah Al-Hajj,
Makki tetapi di dalamnya terdapat juga ayat yaa ayyuhal ladziina aamanuu pada ayat 77.
Al-Qur'anul
Karim adalah seruan Ilahi terhadap semua makhluk. Ia dapat saja menyeru orang
yang beriman dengan sifat, nama atau jenisnya. Begitu pula orang yang tidak
beriman dapat diperintah untuk beribadah sebagaimana orang yang briman
diperintahkan konsisten dan menambah ibadahnya.
BAB
III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Makiyah adalah ayat-ayat yang diturunkan sebelum Rasul SAW hijrah
kemadinah, kendatipun turunnya diluar Mekkah.
Madaniyah adalah ayat-ayat yang diturunkan sesudah Rasulullah
hijrah ke madinah kendatipun bukan turun di madinah ayat-ayat yang turun
setelah peristiwa hijrah disebut madaniyah walaupun turun di makah atau arafah.
Terlepas
dari perdebatan definisi Makki dan Madani, yang jelas dan pasti adalah bahwa
kategorisasi makkiyah dan madaniyah bukan datang dari Nabi Saw. kategorisasi
ini adalah hasil ijtihad sahabat, tabi'in dan genersai setelah mereka untuk
memudahkan dalam menganalisis dan mengkaji Al-Qur'an.
Para
ulama antusias untuk menyelidiki surat-surat Makkiyah dan Madaniyah. Mereka
meneliti Al-Qur'an ayat demi ayat dan surat demi surat untuk ditertibkan sesuai
dengan turunnya, dengan memperhatikan waktu, tempat dan pola kalimat. Lebih
dari itu, mereka mengumpulkan antara waktu, tempat dan pola kalimat. Cara
demikian merupakan suatu kecermatan yang memberikan kepada peneliti ghamabaran
mengenai kebenaran ilmiah tentang ilmu Makkiyah dan Madaniyah. Itulah sikap
ulam kita dalam melakukan pembahasan-pembahasan terhadapa Al-Qur'an dan juga
masalah lain.
Memerhatikan
uraian diatas, terutama menyangkut perihal pengelompokkan kedalam surat-surat
Makkiyah dan Madaniyah, sungguh menarik perhatian kita bersama. Para ulamk
memiliki kemauan dan ketekunan dalam mengelompokkan surat-surat dalam Al-Qur'an
berdasarkan proses penurunan Al-Qur'an sendiri.
3.2. Saran
Semoga dengan adanya
makalah yang berjudul tentang “Makki dan Madani”
ini bisa menjadi bahan pengajaran dan rujukan bagi kita selaku mahasiswa yang
masih dalam tahap belajar dan bila ada kekurangan dari makalah ini, penulis
mohon maaf dengan sebesar-besarnya, karena setiap manusia pasti tidak luput
dari kesalahan dan dosa, tapi setidaknya penulis telah berusaha untuk menyelesaikan
makalah ini dengan sebaik-baiknya.
Bagi
pembaca, penulis mohon agar dapat memberikan kritik dan sarannya tentang
makalah ini, supaya hal itu bisa menjadi evaluasi bagi penulis agar menjadi
lebih baik lagi kedepannya.
DAFTAR
PUSTAKA
Al-Qur'anul Karim
Manna Al-Qaththan,
Syaikh. Pengantar Studi Ilmu Al-Qur'an (Terjemahan Mabahits Fii 'Ulumul
Qur'an). Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 2013. Cet. ke-9
H. Anshori, Dr. Ulumul
Qur'an (Kaidah-kaidah Memahami Firman Tuhan). Jakarta: PT Rajagrafindo Persada,
2013. Cet. ke-1.
Amin Suma, Muhammad. Ulumul
Qur'an. Jakarta: PT Rajagrafindo Persada, 2013. Cet. ke-1.
Hermawan, Acep. 'Ulumul
Qur'an (Ilmu Untuk Memahami Wahyu). Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2011.
Cet. ke-1.
http://zen-elangjawa.blogspot.com/2014/03/makalah-makkiyah-dan-madaniyah-ulumul.html
(diakses tanggal 30 Desember 2014)
Khalil al-Qaththan, Manna.
Studi Ilmu-Ilmu Al-Qur'an. Surabaya: PT Pustaka Litera AnatarNusa, 2013.
Cet. ke-17.
[1]Muhammad al-Shadiq Qamhawi, al-Ijaz
wa al-Bayan Fi Ulum al-Qur'an, (Bairut: 'Alam al-Kutub, 2006), hlm. 33.
Lihat Manna al-Qaththan, Mabahits Fi Ulum Al-Qur'an, (Riyadh: Daar
al-Rasyid, t.th), hlm. 61.
[2]Ibid., hlm. 40,Lihat Musa'id Bin
Sulaiman Bin Nashir al-Thayyar, al-Muharrir Fi Ulum al-Qur'an, (Jeddah:
Markaz al-Dirasat wa al-Ma'lumat al-Qur'aniyah, 2008), hlm. 103.
[3]Nuruddin 'Iter, Ulum al-Qur'an
al-Karim, (Damaskus: Mathba'ah al-Shalah, 1996), Cet. VI, hlm. 57.
[5]Muhammad al-Shadiq Qamhawi, al-Ijaz
wa al-Bayan Fi Ulum al-Qur'an, (Bairut: 'Alam al-Kutub, 2006), hlm. 32,
Manna al-Qaththan, Mabahits Fi Ulum Al-Qur'an, (Riyadh: Daar al-Rasyid,
t.th), hlm. 60.
[6]Lihat Manna al-Qaththan, Mabahits
Fi Ulum Al-Qur'an, (Riyadh: Daar al-Rasyid, t.th), hlm. 60, Lihat Muhammad
al-Shadiq Qamhawi, al-Ijaz wa al-Bayan Fi Ulum al-Qur'an, (Bairut: 'Alam
al-Kutub, 2006), hlm. 32.
[9]Lihat Manna al-Qaththan, Mabahits
Fi Ulum Al-Qur'an, (Riyadh: Daar al-Rasyid, t.th), hlm. 63-64, Lihat Muhammad
al-Shadiq Qamhawi, al-Ijaz wa al-Bayan Fi Ulum al-Qur'an, (Bairut: 'Alam
al-Kutub, 2006), hlm. 34-35, Lihat Musa'id Bin Sulaiman Bin Nashir al-Thayyar, al-Muahrrir
Fi Ulum al-Qur'an, (Jeddah: Maekaz al-Dirasat wa al-Ma'lumat al-Qur'aniyah,
2008), hlm. 113-114
[10]Munawir Khalil, Al-Qur'an dari
Masa ke Masa, (t.t), hlm. 18.
[11]Dalam hadits shahih dari Umar
dijelaskan, ayat itu turun pada malam Arafah hari Jum'at tahun haji Wada'.
[12]Surat Fath turun dalam
perjalanan. Dan firman Allah: "Kalau yang kamu serukan kepada mereka
itu keuntungan yang mudah diperoleh dan perjalanan yang tidak berapa jauh,
pasti mereka akan mengikutimu." (at-Taubah [9]: 42), turun di Tabuk.
Sedang Firman Allah: "Dan tanyakanlah kepada rasul-rasul Kami yang
telah Kami utus sebelum kamu." (az-Zukhruf [43]: 45), turun di Baitul Maqdis pada malam
Isra'.
Semoga bermanfaat ya teman... bis menjadi sumber untuk belajar..
BalasHapusjangan plagiat ya..!! hehee...
INGIN MERASAKAN KEMENANGAN DI DALAM BERMAIN TOGEL TLP KI ANGEN NYOMAN DI NMR 0 8 5 1 4 5 2 9 7 1 6 7 JIKA INGIN MENGUBAH NASIB KAMI SUDAH 7X TERBUKTI TRIM’S ROO,MX SOBAT
HapusINGIN MERASAKAN KEMENANGAN DI DALAM BERMAIN TOGEL TLP KI ANGEN NYOMAN DI NMR 0 8 5 1 4 5 2 9 7 1 6 7 JIKA INGIN MENGUBAH NASIB KAMI SUDAH 7X TERBUKTI TRIM’S ROO,MX SOBAT
INGIN MERASAKAN KEMENANGAN DI DALAM BERMAIN TOGEL TLP KI ANGEN NYOMAN DI NMR 0 8 5 1 4 5 2 9 7 1 6 7 JIKA INGIN MENGUBAH NASIB KAMI SUDAH 7X TERBUKTI TRIM’S ROO,MX SOBAT
Saya sangat berterimakasih kepada kakak ipar saya yang berada di PADEMANGAN Jakarta utara. Sewaktu saya ke Jakarta saat Ben-Ceng ( Sembahyang leluhur ), saya di beritahukan sama Kakak Ipar saya, katanya "AKI ANGEN NYOMAN" Bisa memberikan Angka Jitu hasil Ritual di jamin tembus.... Semula saya sangat ragu sekali, sehingga menurut saya kurang masuk logika. Akan tetapi paktor kemiskinan dan bosan hidup susah sekeluarga selama bertahun-tahun, Namun di yakinkanlah oleh Kakak Ipar saya yang ternyata secara diam-diam saya langsung menghubungi "AKi ANGEN NYOMAN DI NO (085 145 297 167) meminta angka jitu SGP 4D. Sungguh suatu mengejutkan dan hampir saya tidak percaya, Ternyata nomor togel SGP 4D yang saya minta benar-benar tembus. Sampai-sampai saya mengeluarkan Air mata. Saya sangat terharu
BalasHapusSaya sangat berterimakasih kepada kakak ipar saya yang berada di PADEMANGAN Jakarta utara. Sewaktu saya ke Jakarta saat Ben-Ceng ( Sembahyang leluhur ), saya di beritahukan sama Kakak Ipar saya, katanya "AKI ANGEN NYOMAN" Bisa memberikan Angka Jitu hasil Ritual di jamin tembus.... Semula saya sangat ragu sekali, sehingga menurut saya kurang masuk logika. Akan tetapi paktor kemiskinan dan bosan hidup susah sekeluarga selama bertahun-tahun, Namun di yakinkanlah oleh Kakak Ipar saya yang ternyata secara diam-diam saya langsung menghubungi "AKi ANGEN NYOMAN DI NO (085 145 297 167) meminta angka jitu SGP 4D. Sungguh suatu mengejutkan dan hampir saya tidak percaya, Ternyata nomor togel SGP 4D yang saya minta benar-benar tembus. Sampai-sampai saya mengeluarkan Air mata. Saya sangat terharu